2 hari Mawar tak sadar, saat sadar nama Rony lah yang keluar untuk pertama kalinya. Rony masuk keruangan dan menemui Mawar. Dua hari ini Rony benar-benar fokus menjaga Mawar, selain karena mawar tunangannya, rasa bersalah juga terus saja menghantui hatinya. Nabila sendiri pun tetap fokus dengan segala tugasnya sebagai mahasiswa coass yang hampir selesai. Dia sedang duduk di ruang radiologi bersama beberapa dokter yang lain. Setelah kesadaran Mawar dokter kembali melakukan CT scan untuk mengetahui hasilnya.
"Apa yang harus dilakukan?" tanya Nabila melihat hasilnya.
"Ini sudah tak ada harapan, resiko ini sudah kita prediksi. Kita sudah berusaha" jawab dokter Refal.
"Tolong, lakukan apapun yang bisa dilakukan. Dia harus bertahan" Nabila mulai emosional.
"Dokter Nabila cukup. Kamu seorang dokter, bersikaplah realistis. Kali ini sudah kewajiban kita menyampaikan hasil yang sebenarnya" tegur dokter Refal.
Mendapat teguran Nabila hancur, kondisi Mawar tak benar-benar pulih ini lebih seperti bom waktu, pendarahan dikepalanya akan beresiko sangat fatal. Pihak rumah sakit pun juga sudah melakukan yang terbaik tapi takdir berkata lain.
"Operasi tak bisa dilakukan lagi, itu lebih berbahaya mengingat baru dua hari. Jika kita memaksa itu akan lebih berbahaya" ujar dokter Refal pada keluarga Mawar. Semua orang menangis, termasuk Rony saat itu. Mereka sedang ada di ruangan dokter Refal menyimak semua penjelasan kondisi Mawar.
Saat semua sedang ada di ruangan dokter Refal Nabila masuk ke ruangan Mawar sebagai dokter. Dia melihat Mawar terdiam menatap kosong.
"Bagaimana kondisi mu" tanya Nabila pelan. Mawar melirik, tubuhnya lemas dan belum bisa berkomunikasi dengan baik. Dalam hati Nabila takut kedatangannya akan semakin membuat Mawar marah hingga berefek ke kondisinya. Tapi ternyata apa yang difikirkan Nabila salah, entah apa yang meluluhkan hati Mawar tiba-tiba tangan mawar bergerak meraih tangan Nabila.
"Apa aku tak layak untuk dicintai?" tanya Mawar terbata-bata. Nabila terenyuh mendengar itu, air matanya jatuh tangannya bergetar menggenggam erat tangan Mawar.
"Kamu ngomong apa, kamu sangat layak untuk dicintai. Kamu jangan mikir apa-apa ya... Sekarang kamu harus sehat".
Mawar menitihkan air mata, menarik tangannya perlahan dari genggaman Nabila.
"Rony tak pernah mencintai ku, selama ini dia hanya bersikap baik pada ku, tapi hatinya hanya untuk mu".
Nabila menggelengkan kepala dan menghapus air mata Mawar. Dia kembali meraih tangan Mawar.
"Jangan mikir gitu, aku sudah berjanji pada mu. Dia akan menjadi suami mu kamu percaya kan sama aku" ujar Nabila. Keduanya menangis tiba-tiba mata Mawar terpejam, Nabila menyadari itu langsung panik. Dia memanggil dokter Refal dan berusaha mengambil tindakan.
Semua orang hadir, Nabila dan dokter Refal melakukan tindakan hingga kesadaran Mawar mulai kembali. Dengan masih merasa bersalah Nabila keluar dan menarik Rony menjauh dari yang lain.
"Ada apa Nab?" tanya Rony masih dengan wajah khawatir.
"Apa yang kakak lakukan. Bisa-bisanya kakak menyakiti Mawar" bentak Nabila.
"Apa yang kamu bicarakan Nab?" tanya Rony belum mengerti.
"Wanita itu begitu terluka dengan sikap kakak. Kakak tahu betapa dia mencintai kakak" Rony tergugu, dia sadar dia salah namun juga tak bisa membohongi diri jika hanya Nabila yang ada di hatinya.
"Kamu tau apa tentang hubungan ku sama Mawar, kamu pergi ninggalin aku dengan alasan dijodohkan. Terus sekarang kamu nyalahin aku" Nabila tersentak, dia lupa jika alasannya pergipun juga pasti menyakiti Rony. Dengan rasa bersalahnya dia berusaha menyakinkan Rony.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
General Fiction"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...