"Nabila, aku terluka dan akan ku bawa luka ini hingga aku mati. Aku masih belum iklas melihat mu dengan Rony, tapi takdir memang harus seperti ini. Aku tau Rony menikahi ku bukan karena mencintai ku, setelah ini apapun yang terjadi pada mu dan Rony nanti tolong tetap ingat aku, biarkan aku tetap ada di hati Rony sebagai istrinya, jangan pernah dia lupain aku ya Bil... Aku mohon".
Ingatan itu kembali menyelimuti kepala Nabila. Saat Rony, ibu, dan ayah menikmati kebahagian dan mulai membahas persiapan pernikahan, hati dan kepalanya kembali terusik dengan permintaan Mawar itu.
Kejadian itu terjadi sebelum Mawar menghembuskan nafas terakhir nya di pelukan Rony. Saat itu Rony keluar dan Nabila sebagai dokter melihat kondisi Mawar. Sebagai dokter Nabila memeriksa semua perkembangan Mawar yang semakin memburuk, saat itulah Mawar menarik dan menggenggam tangan Nabila erat, tak hanya itu sambil menitihkan air mata Mawar terus berbicara hal yang membuat Nabila tak mampu berkata apa-apa. Saat itu Nabila merasa menjadi orang paling buruk, perempuan itu begitu mencintai Rony dan dengan sadar Nabila datang menghancurkan semua nya.
Ungkapan terakhir Mawar saat itu begitu lekat dalam hati Nabila, itu juga yang menjadi alasan Nabila terus saja merasa bersalah dan takut untuk menikah dengan Rony. Tapi hari ini dia benar-benar berusaha keras melepas rasa takutnya, ingatan itu tentu masih lekat di benaknya namun dia tetaplah seorang manusia yang harus melanjutkan hidup, sudah saatnya melepas ikatan yang begitu erat mengekangnya.
"Mawar maafkan aku, kamu dan aku mempunyai tempat tersendiri di hati kak Rony, dan aku janji tak akan pernah mengusik tempat mu di hati Kak Rony. Aku dan kamu adalah dua orang yang berbeda yang akan selalu kak Rony ingat seumur hidupnya" hati Nabila membatin sambil melihat satu persatu wajah Rony, ibu dan ayah yang begitu berbinar.
"Oh..iya kamu sudah telfon Abi dan umma Nab?" tanya Rony.
"Udah tadi malam, cuman ya Abi dan umma juga nunggu kabar dari ku".
"Ya udah.. ayah dan ibu katanya mau ngurus gedung. . "
"Ya Allah.. maaf ya keputusan ku jadi buat kita semua ribet" ucap Nabila.
"Kamu ngomong apa Nab, kita semua bahagia dengan keputusan ini. Makasih ya Nab sudah memberikan kebahagian dalam keluarga ku" ucap Rony.
Beberapa menit kemudian, ibu dan ayah keluar setelah berpakaian rapih.
"Sayang, kamu telfon Abi dan umma mu ya nak, bilang untung luangkan waktu. Ayah dan ibu besok bakalan ke Aceh buat ngurus semuanya. Akad di Aceh dan resepsi di Jakarta, untuk akad kita pakai adat Aceh ya, untuk resepsi nanti terserah kalian, ibu dan ayah sekarang masih mau ke butik langganan dan lihat-lihat beberapa gedung" ucap ibu. Nabila yang masih duduk berdua di ruang tamu mengangguk patuh.
Mereka berdua terdiam, masih terpaku menatap satu dengan yang lain.
"Ngeliatinnya gitu banget" ucap Nabila.
"Aku gak nyangka loh, tadi kamu berani bilang gitu ke ayah dan ibu".
"Hem.. kakak kan tau kalau aku pasti nempatin janji".
"Nab.. kamu gak papa orang tua kita bakalan urus semua?" tanya Rony.
"Mang kenapa kak, jujur aku lega ayah dan ibu yang menentukan keputusan tadi dan membantu kita ngurus. Kakak tau kan pekerjaan kita benar-benar tak memungkinkan buat ngurus pernikahan ini dengan waktu yang singkat banget. Ayah dan ibu benar-benar sangat baik mau membantu ngurus semuanya" jawab Nabila. Rony tersenyum mengelus lembut kepala Nabila.
"Alhamdulillah ..oke.. sini hp mu" pinta Rony.
"Buat apa?" Nabila merogoh HPnya dan memberikan pada Rony.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
General Fiction"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...