TUJUAN YANG SAMA

557 66 13
                                    

Malam semakin larut Rony kembali ke hotel dan Abi kembali ke rumah. Nabila sendiri sedang meratap di kamar, hatinya kelu mengingat hal yang terjadi hari ini ditambah Rony yang tak kunjung membalas telfon atau WA nya. Dia terus duduk di kamar menatap atap kamar hingga suara dering hp mengagetkannya.

"Ya Allah...kakak kemana aja?" tanya Nabila.

"Assalamualaikum Nab" sapa Rony di vidio call.

"Waalaikumsalam" jawab Nabila ketus.

"Maaf ya baru bisa ngehubungin".

"Kakak kemana aja?".

"Maaf aku ngurus hotel dan lainnya".

"Lama banget sampek malem gini, kakak nginep hotel mana?" tanya Nabila.

"Deket kok gak jauh, kenapa sudah kangen ya?" goda Rony.

"Kak, kakak kok keliatan santai sih... Lupa apa tadi Abi dan umma gimana?, kakak gak khawatir apa kalau Umma dan Abi gak setuju, terus gimana kalau kita gak bisa sama-sama lagi. Ini loh yang aku khawatirin, kakak sih buru-buru. Aku tuh niatnya mau ngomong dulu sama Abi dan umma".

Rony melihat ada kekhawatiran di wajah Nabila, dia ingin sekali bercerita jika Abi sudah menemuinya dan tak perlua ada yang dikhawatirkan. Tapi dia sudah berjanji pada Abi untuk tetap diam hingga besok Abi akan memberitahukan Nabila dengan cara Abi sendiri yang Rony pun belum mengetahui apa rencana Abi.

"Nab... Kamu jangan terlalu khawatir ya, kita pasrahkan pada Allah, aku yakin jika kita berjodoh pasti ada jalan" Rony mencoba menenangkan Nabila.

"Kakak tenang banget, kakak gak bener-bener sayang ma aku ya?" seru Nabila dengan wajah layu.

"Ya Allah Nab, gak gitu. Tapi...." Belum sempat melanjutkan ucapannya Nabila langsung mematikan vidio call mereka. Nabila mengatupkan wajahnya ke lengan yang dia lipat. Dia terus menangis di atas kasur. Nabila sendiri merasa kekanak-kanakan saat ini tapi kepalanya riuh redam dan hatinya cemas. Akal sehatnya sudah tak bekerja dengan baik, Nabila yang biasa realistis, kuat, dan selalu berfikir positif itu kini kalah dengan emosinya sendiri.

Di hotel, Rony cemas karena sikap Nabila, dia bingung harus meredakan emosi Nabila dengan cara apa. Hp Nabila seketika tak bisa dihubungi, telfon dan WA pun tak dapat terkirim.

"Nab, kamu mikirnya kenapa sampek gitu sih Nab, mana mungkin mungkin aku tak menyayangi mu" ujar Rony berbicara sendiri seperti orang gila. Rony memeluk foto Nabila yang ada di HPnya. Dia benar-benar khawatir namun juga bingung harus menenangkan Nabila seperti apa.

Malam semakin larut Nabila yang tadi menangis terlelap tanpa sadar, begitu juga Rony sampai keduanya nya terjaga di waktu yang sama dan sama-sama terkejut dengan jam yang sudah menunjukkan pukul 4 pagi.

"Astaga" Nabila segera terjaga dan bersiap sholat subuh. Ingatan kejadian semalam masih lekat namun dia memilih untuk tak memikirkannya, emosinya mulai stabil untuk bisa berbicara baik-baik pada Rony saat matahari sudah muncul.

Setelah sholat Nabila keluar menemui umma untuk membantu memasak sarapan.

"Masaknya banyak umma?".

"Iya soalnya bakalan ada tamu" jawab Umma santai.

"Tamu siapa umma?" tanya Nabila penasaran.

"Ada tamu nanti laki-laki, Abi mau kamu ketemu dia" celetuk umma dengan wajah cemas membuat Nabila  pun merasa khawatir.

"Siapa Umma?" tanya Nabila dengan suara bergetar.

"Nanti kamu juga kenal, pokoknya kamu siap-siap" jawab Abi yang tiba-tiba muncul dan langsung menuju kamar lagi. Nabila
diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, bibirnya kelu dan dadanya sesak. Tubuhnya bergetar, dia ingin sekali menolak namun tak memiliki tenaga untuk melakukan itu. Umma yang melihat kondisi Nabila langsung menggandeng Nabila masuk ke kamar. Di sana Nabila menangis memeluk umma.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang