"krekkk...." suara pintu dibuka, saat Nabila sedang santai melepaskan lelah setelah berjibun dengan semua tugasnya di rumah sakit.
"Gila sih...capek polll" seru teman Nabila yang juga baru lepas tugas.
"Iya lagi, mudah-mudahan gak ada panggilan mendadak" lanjut Nabila.
"Aaminnn... Aku mau santai dulu".
Nabila tersenyum mendengarnya. Semenjak coass Nabila semakin sadar jika tugasnya sebagai dokter bukan hanya sekedar profesi untuk mendapatkan uang, tapi juga menjadi sosok yang mampu memberikan rasa aman untuk orang lain. Dia juga semakin menyadari jika tanggung jawabnya sungguh besar karena ada nyawa orang yang harus dipertaruhkan. Setiap hari harus menerka takdir yang memang tak seorangpun mampu mengetahuinya membuat Nabila harus hidup lebih tegar dan kuat lagi mendampingi pasien-pasien yang menaruh harapan besar.
"Bil,,,Hp mu berbunyi" ujar teman Nabila. Nabila melamun hingga tak menyadari HPnya berdering.
"Oh..iya... Astaga, dokter Refal. Apa lagi ini" keluh Nabila.
"Assalamualaikum dok".
"Waalaikumsalam, segera ke UGD" pinta dokter Refal tanpa basa-basi. Nabila dengan wajah malasnya berdiri dan segera berlari.
"Baik dok" larinya semakin cepat. Di sana terlihat beberapa dokter dan perawat sudah berkerumun.
"Pasang selang oksigen" teriak dokter Refal. Nabila berdiri disamping dokter Refal melakukan semua arahan. Pasien terlihat sesak nafas, batuk dengan dahak, dan keluar darah. Entah apa yang terjadi Dokter Refal dan Nabila melakukan pemeriksaan dengan sangat serius. Nabila yang melihat adanya gejala aneh segera menempelkan telinganya ke dada pasien, terdengar nafas yang menggelegar seperti cairan.
"Dok sepertinya harus melakukan thoracentecis dok" seru Nabila. Dokter Refal dengan cepat melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dia memasang stetoskop pada telinganya dan menempelkan pada dada pasien. Setelah yakin dokter Refal langsung mengangguk sepakat dengan apa yang disampaikan Nabila, ada cairan berlebih di paru-parunya hingga harus dilakukan tindakan itu. Tanpa banyak menunda waktu dan demi keselamatan pasien keduanya melakukan tindakan hingga pasien mulai membaik lalu mereka melanjutkan pemeriksaan rotgen untuk memastikan kondisi pasien.
Begitulah kegiatan setiap hari yang kini Nabila lakukan, bersama para perawat, teman, dan dokter yang mendampingi mereka, Nabila bekerja dengan sangat cekatan. Nabila benar-benar bersyukur jika kegiatannya kali ini mampu sedikit membuatnya lupa akan hal yang selalu mengusik hatinya.
Cukup lama dia melakukan aktifitasnya di rumah sakit hingga jam menunjukkan pukul 9 malam, dia melangkah ke luar rumah sakit untuk kembali ke kos karena tugasnya untuk hari ini selesai. Dia mengotak atik Hp untuk memesan taksi sampai seorang lelaki menegurnya dari belakang.
"Nab,,,,mau pulang" mendengar itu hati Nabila berdesir. Tak ada seorang pun yang memanggil dia dengan panggilan itu selain Rony dan orang tuanya. Tubuhnya kaku namun karena penasaran perlahan dia menoleh pada asal suara. Nabila masih menatap lekat orang itu, terdiam terpaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Ficción General"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...