TAK PERNAH USAI

311 48 6
                                    

Pagi sekali Rony bersiap-siap di rumah singgah, sengaja Rony menginap di rumah singgah agar mudah mengawasi Nabila yang masih sakit di kos. Malam tadi setelah membawakan makanan dan memastikan Nabila minum obat Rony tidur di rumah singgah. Dia khawatir jika harus pulang, jarak rumahnya cukup jauh dari kos Nabila dibanding dengan rumah singgah. Setelah bersiap-siap Rony menuju kos Nabila mematikan kondisi Nabila baik-baik saja.

"Tok...tok... Assalamualaikum" Rony mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam... Sebentar" Nabila membuka pintu.

"Kakak, pagi banget. Kakak mu ngapain?" tanya Nabila kaget.

"Kamu gimana? Infusnya dah dibuka?" tanya Rony memperhatikan Nabila dari ujung kepala sampai kaki.

"Iya udah habis jadi ku buka. Ku udah mendingan kak".

"Beneran?" Rony menyentuh kepala Nabila.

"Mending apa, kepala mu masih anget. Muka mu juga masih pucet".

"Hem... Kakak jadi cerewet. Udah ah... Aku siap-siap mandi dulu ya, aku ada kuliah".

"Masih mau kuliah?" tanya Rony terlihat khawatir.

"Aku kan dah bilang kalau aku ada kuliah kak" udah ya, kakak tunggu sini aku mau mandi dan siap-siap dulu.

"Ya udah, hati-hati".

Rony menunggu Nabila hingga Nabila keluar dengan semua atribut dan barang untuk dia ke kampus.

"Aku antar, kita makan bubur dulu. Obatnya dibawak kan?" tanya Rony.

"Kak, serius deh.. kakak berlebihan tau. Aku itu bisa sendiri".

"Kali ini bisa gak, gak perlu ngeyel. Ayo" Rony menggandeng Nabila dan membawa Nabila untuk sarapan.

Takdir seakan sedang bercanda dengan Nabila, setelah usahanya untuk bisa berdamai dengan perasaanya terhadap Rony, dinding yang dia bangun runtuh hanya dalam waktu semalam saja. Hatinya kembali luluh dengan sikap Rony yang sungguh sangat Nabila rindukan beberapa bulan belakangan ini.

"Nab, nanti kabarin kalau pulang aku jemput" ujar Rony membukakan pintu mobil untuk Nabila.

"Kak, sudah ya... Jangan dilanjutin. I am fine, aku baik-baik aja. Kakak gak perlu repot-repot buat ngurusin aku" ujar Nabila.

"Nab,,,,".

"Kak, kalau terus-terusan kayak gini kita berdua sama akan terluka".

Rony tiba-tiba menundukkan kepala, dia memegang kepalanya dan bersikap aneh. Entah mengapa dengan cepat Rony mendorong Nabila segera keluar dan Rony masuk ke dalam mobil. Nabila bingung, dia mengetuk kaca mobil namun tak Rony hiraukan. Rony pergi begitu saja bahkan tanpa salam.

"Kenapa dengan kak Rony. Apa ucapan ku nyakitin dia" gumam Nabila masih berdiri ditempat yang sama. Nabila terus memutar otak memikirkan Rony bahkan saat perkuliahan dia berlangsung.

Di tempat lain, Rony sudah menelfon Aro untuk menjemputnya. Dia terhenti di tengah-tengah perjalanan. Aro bergegas menjemput Rony, dia mendapati Rony sudah setengah sadar di dalam mobilnya. Dari hidungnya sudah mengalir darah. Segera Aro menelfon dokter rumah sakit untuk mempersiapkan perawatan Rony.

"Jangan telfon nyokap" ujar Rony pelan.

"Lo gila... Ibu harus tau Ron". 

"Aku bilang jangan" ucap Rony dengan seluruh tenaganya. Aro tak berkutik, dia pasrah dan segera membawa Rony ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Dokter Arya sudah menunggu dna langsung membawa Rony ke tempat pemeriksaan.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang