Musim hujan membuat malam di pusat kota Jakarta lebih sejuk. Usai kuliah Nabila memutuskan untuk sekedar menikmati keramaian pusat kota, dia memperhatikan keramaian dan membeli makanan untuk makan malamnya nanti. Dia benar-benar sudah sehari penuh di kampus, jadi dia memutuskan melepas penatnya sebentar.
"Terimakasih" jawab Nabila pada penjual sate yang menyodorkan sebungkus sate padanya.
"Sama-sama mbk" jawab Mas itu sopan. Nabila kembali melanjutkan perjalanan pulang, hari ini dia pulang agak malam, karena memang perkuliahan sampai sore. Dia memutuskan untuk sholat di Masjid kampus lalu pulang. Tiba di kos dia sudah melihat 2 orang laki-laki yang pernah memukulnya berdiri di gerbang kos. Nabila sedikit kaget, dia mundur perlahan dan berniat lari namun mereka mengejar Nabila lalu langsung berlutut di depan Nabila.
"Saya mau minta maaf ... Saya mohon maafkan saya" ucap keduanya dengan mengatupkan kedua tangan. Nabila tercengang. Dia yang tadinya merasa takut jadi bingung dengan sikap kedua preman itu. Nabila memicingkan mata, dia sedikit melihat kedua preman itu dengan pandangan aneh.
"Ini mereka kesambet apa ya? Luka di tangan dan bibir ku aja belum sembuh" gumam Nabila.
"Saya mohon maafkan saya" orang itu kembali minta Maaf. Nabila masih diam, dia juga baru sadar jika wajah kedua orang itu lebam-lebam.
"Tunggu, bapak kenapa ya?" tanya Nabila masih terheran-heran.
"Saya tidak mau masuk penjara, dan saya juga tidak mau mati babak belur. Jadi mohon maafkan saya dan tolong sampaikan pada mas Rony jika kami minta maaf dan tak akan berbuat ulah lagi".
Mendengar itu Nabila semakin terkejut. Dia tak pernah tau jika Rony bisa melakukan hal seperti ini."Kak Rony.. kalian diapain sama kak Rony?".
"Yang pasti kami minta maaf mbk" seru kedua orang itu.
"Oke... Dengan satu syarat, biarkan Dion kembali belajar dengan nyaman di rumah singgah".
"Baik mbk.. baik. Terimakasih" kedua orang itu menciumi tangan Nabila dan pergi. Nabila masih tertegun di depan kosnya. Dia mulai bertanya-tanya siapa Rony sebenarnya. Sudah berbulan-bulan dia mengenal Rony tapi sungguh dia tak pernah tau jika Rony memiliki pengaruh sekuat itu.
Masih dengan rasa bingung Nabila kembali masuk ke kosnya.
"Nabila" panggil seseorang dari samping kos Nabila.
"Ibu. . Ibu ada disini?" tanya Nabila pada Ibu kos yang tiba-tiba muncul. Rumah Ibu kos beberapa Rumah dari kos Nabila. Nabila sering memanggilnya dengan Bu Nia. Bu Nia seorang ibu kos yang sangat perhatian, dia sering sekali membawakan Nabila makanan. Wanita paruh baya ini hanya tinggal berdua dengan suaminya. Putri semata wayangnya meninggal kecelakaan saat pulang dari sekolah waktu SMA. Semenjak itu Bu Nia membuka rumah kos untuk anak-anak perempuan. Entah naluri seorang ibu atau rasa bersalahnya pada putri yang kecelakaan karena dia lupa menjemput. Bu Nia selalu memperlakukan anak kos perempuan seperti anaknya sendiri.
"Tadi ibu lihat dari jauh kayak ada orang, siapa Bil?" tanya Bu Nia.
"Bukan siapa-siapa Bu, itu ayahnya Dion".
"Oh.. yang mukul kamu. Ya Allah, kenapa kamu gak panggil ibu, biar ibu bejek-bejek orang itu. Beraninya sama perempuan. Dasar orang gak waras, awas aja kesini lagi" Bu Nia memaki, tubuhnya yang sedikit gemuk membuat dia terlihat lucu saat marah karena semua tubuh Bu Nia bergerak mengikuti tone suaranya yang tinggi.
"He.. Ibu tenang aja, orangnya sudah minta maaf kok, Nabila juga heran kenapa tuh orang bisa cepet banget tobatnya" seru Nabila.
"Pasti nak Rony sudah buat pelajaran sama tuh orang" jawab Bu Nia semangat. Sebenarnya Nabila penasaran, semenjak dia pindah ke kos ini, banyak sekali orang yang mengenal Rony, Aro, dan Alya. Ketiga nama itu seakan magis di telinga banyak orang disini. Setiap mendengar ke empat nama itu, mata mereka selalu berbinar. Nabila sebenarnya penasaran ingin bertanya, namun tak pernah memiliki kesempatan. Kali ini Nabila tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya. Dia mengajak Bu Nia masuk ke kos untuk menikmati sate yang dia bawak. Makanan memang tak pernah gagal membuat Bu Nia tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
General Fiction"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...