Aceh adalah kota ternyaman saat ini bagi gadis umur 18 tahun yang hidup damai dan tentram bersama keluarga. Terlahir di Aceh kota serambi Mekkah itu tak membuatnya menjadi gadis daerah yang tak tau apa-apa. Melampaui pandangan orang tentang gadis daerah, Nabila tumbuh cerdas dan menawan. Paras cantik dan kecerdasannya membuat dia dikenal hampir seantero Aceh. Berbagai lomba dan kejuaraan entah di bidang seni ataupun keilmuan lainnya dia peroleh. Pendiriannya yang kuat, mandiri, dan sikapnya yang lembut membuat banyak orang mengaguminya.
Langkahnya pelan saat dia termenung di jembatan arah pulang ke rumahnya. Dia terus saja berjalan tanpa memperdulikan keramaian di sekitar, hatinya terus saja kalut, dan isi kepalanya juga semerawut. Hingga langkahnya terhenti oleh panggilan seseorang dari arah belakang.
"Nabila.... Tunggu" seorang perempuan seumuran dengannya berlari mencapai Nabila.
"Rena,,, kamu belum pulang?" tanya Nabila.
"Belum, tadi aku masih ngobrol sama anak-anak di sekolah. Kamu main pulang aja sih".
"Iya maaf,, aku lagi pengen cepet pulang aja".
"Wajahmu lemes banget...! Ada apa?".
"Gak ada, ya udah yuk kita pulang" Nabila menarik tangan Rena sahabatnya. Rumah mereka berdekatan dan mereka sudah berteman sejak kecil.
"Besok ke acara perpisahan, kita berangkat bareng ya Bil" ajak Rena.
"Oke... Besok jalan kaki aja ya".
"Oke.. Assalamualaikum Bila, ketemu besok ya".
"Waalaikumsalam" Nabila melambaikan tangan pada Rena yang melanjutkan perjalanan pulang.
Nabila masuk dengan perasaan gundah. Dia melihat umma dan Abi sudah duduk di ruang tamu menunggu kedatangan Nabila.
"Assalamualaikum umma, Abi" Nabila mencium tangan keduanya.
"Waalaikumsalam, duduk Nab" perintah Abi. Kali ini hati Nabila sedikit cemas, Nabila takut akan seperti apa respon keduanya setelah keputusan yang dia ambil di sekolah.
"Pak Bambang wali kelas mu sudah telfon Abi tadi. Katanya kamu sudah ambil keputusan untuk ambil beasiswa yang di Jakarta! Apa benar?" Abi sedikit menekan suaranya.
Nabila tertunduk, dia bingung harus melakukan pembelaan seperti apa. Sejak awal abi dan umma sangat berat untuk membiarkan Nabila bisa kuliah ke luar kota. Abi dan umma meminta Nabila untuk memilih kampus Aceh. Alasan nya klasik, Nabila adalah anak perempuan, berat bagi mereka untuk melepas anak gadis kuliah ke luar kota. Sungguh, Nabila sangat paham dan mengerti apa yang orang tuanya takutkan, namun Nabila tak bisa mengenyampingkan mimpinya. Dia memiliki mimpi yang begitu besar hingga Jakarta lah yang menjadi pilihannya untuk bisa menggapai mimpi itu.
"Bi, umma Nabila cuman mau mengambil kesempatan baik ini. Beasiswa ini cukup besar, gak main-main kampus ternama. Apa gak bisa abi dan umma mempertimbangkan itu. Bi, Nabila anak tertua di sini, Nabila cuman mau ngasik contoh untuk adik-adik Nabila agar mereka juga bisa bermimpi dan menuntut ilmu sesuai keinginan mereka" Nabila memelankan suaranya.
"Nak, kampus-kampus Aceh yang menawarkan beasiswa pada mu juga banyak. Dan itu semua kampus terbaik di sini. Kamu gak perlu jauh-jauh ke Jakarta" lanjut Umma.
"Nabila tau itu, Nabila mengerti jika umma sama abi khawatir sama Nabila. Tapi kesempatan besar untuk menuntut ilmu di kota besar itu tak semua bisa dapatkan. Nabila sudah berusaha keras selama ini untuk bisa kuliah di kampus impian Nabila, sekarang mimpi itu bisa Nabila gapai selangkah lagi, Nabila hanya butuh restu dan ridho' dari abi dan umma. Nabila mohon" Nabila berlutut dihadapan keduanya. Abi dan umma terdiam bingung harus berbuat apa, hati mereka cukup kuat untuk tak membiarkan Nabila kuliah ke Jakarta tapi hati kecil mereka sebagai orang tua juga tak sanggup melihat putrinya memohon demi mimpi yang sebenarnya cukup membanggakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/371105611-288-k554054.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
General Fiction"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...