Terlalu banyak berharap atau berekspektasi adalah jalan menuju kekecewaan yak tak akan terbantahkan, karena itu Nabila tak pernah menaruh harap pada manusia. Hidupnya terbilang cukup mandiri bahkan sejak dia di Aceh, hingga hidup sendiri di Jakarta tak membuat dia merasa kesulitan. Kegiatan perkuliahan dan aktifitas lain dia jalani dengan lancar, janji untuk selalu memberi kabar pada umma dan Abi pun selalu dia lakukan hingga tak terasa hampir 2 bulan sudah dia wara wiri di kampus barunya itu. Jurusan kedokteran cukup berat ternyata, namun Nabila sangan menikmatinya.
"Nabila" terdengar suara perempuan memanggilnya saat dia berjalan pulang ke kos.
"Kak Alya.. sendiri aja kak?" tanya Nabila.
"He...iya. Aro gak bisa nemenin. Ngomong-ngomong udah seminggu kamu gak ke rumah singgah? Rena kangen sama kamu" tanya Alya.
"Iya kak, ini rencananya mau mampir. Maaf ya... Masih harus beradaptasi sama jadwal perkuliahan".
"It's oke ya udah ayok".
Alya menarik tangan Nabila, dia ragu untuk bertanya tapi dia juga penasaran.
"Kak, kak Rony masih gak ada kabar?" tanya Nabila. Rony sudah hampir 2 bulan tak ada kabar, dia juga tak melihatnya di kampus. Kak Alya bilang jika Rony sedang sibuk dengan kuliahnya. Tapi tak melihatnya atau mendengar kabar tentangnya selama 2 bulan cukup membuat Nabila sedikit gundah walau sebenarnya dia tak mempunyai hak untuk tau apapun tentang Rony.
"Belum Nab, dia masih sibuk sama kuliahnya. Dia juga harus ngurus panti asuhan yang mau dia bangun" jawab Alya. Nabila mengangguk mengerti. Nabila pasrah dan tak lagi mencari tahu.
Alya dan Nabila mengajar anak-anak di rumah singgah hingga anak-anak pulang. Seperti biasa juga Alya dan Nabila masih betah untuk sekedar berbincang dengan di sana.
"Nabila, kamu gak mau menghubungi Rony? Aku kirim no dia ke kamu ya!" tanya Alya tiba-tiba.
"Hem... Gak usah kak. Lagian juga kan gak ada perlu apa-apa".
"Hem...Kalian berdua tuh ya... Sama-sama gengsi. Nabila, arsitek bukan jurusan yang mudah. Aku bangga banget sama dia, baru semester 5 dia sudah dapet proyek untuk tugas salah satu makul dia. Panti asuhan ini adalah proyek pertamanya. Dia seneng banget, jadi dia bener-bener menghabiskan waktunya untuk proyek ini".
"Tapi kak, dia jadi ngelupain rumah singgah ini" lanjut Nabila.
"Hem... Gak sama sekali Bil, dia tetap kontrol semua kebutuhan rumah singgah ini. Bahkan kemaren dia juga sudah nyuruh orang untuk ngurus semuanya. Termasuk ayah Rena, dia juga tau kalau ayah Rena kembali ganggu kamu kan. Dia sudah ngasik peringatan jika kejadian itu keulang lagi ayah Rena bakal dilaporkan ke polisi. Itu kenapa sekarang Rena bisa selalu datang ke sini buat belajar dan ayah Rena gak pernah lagi kelihatan ganggu kamu".
"Ha... Masak sih kak. Aku kok gak tau".
"Rony memang gitu. Dia gak pernah mau memperlihatkan keperduliaannya sama orang lain".
"Kakak kok bisa kenal sama kak Rony?".
"Paul sama Rony sahabatan sejak SMA. Jurusan mereka juga sama, aku kenal sama mereka waktu jadi MABA. Mereka berdua jadi cowok idaman di kampus ini, dan yah begitulah kita jadi kenal dan aku pacaran sama Aro".
"Oh... Pacar kak Rony siapa kak?" tanya Nabila membuat Alya tersenyum curiga.
"Ha..ha... Penasaran ya. Tenang Bil, dia gak pernah pacaran. Dia sibuk ngurusin orang. Aku juga heran Sik, jadi kamu aman".
"Hem... Maksudnya gak kesana kak. Aku gak ada hubungan apa-apa sama kak Rony. Kita aja baru kenal".
"Ha...ha... Iya..iya percaya. Ya udah kita pulang yuk, udah malem ini" ajak Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Ficção Geral"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...