SUMBER KEBAHAGIAN RONY

374 51 2
                                    

Seminggu sudah berlalu setelah percekcokan Rony dengan Mawar di mall, anehnya memang Mawar tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Rony cukup lega tak mendapatkan teror apapun, namun memang hal itu tak bisa berlangsung lama. Saat rumah Rony terlihat hening, tiba-tiba suara teriakan terdengar dari bawah. Rony yang sedang tidur di kamarnya kaget dan segera turun menghampiri suara itu.

"Rony....." teriak ayah.

"Yah, tenang kita bicara baik-baik" tangan ibu memegang lembut pundak ayah yang sudah terlihat begitu marah. Rony bisa menebak alasan dibalik kemarahan ayahnya.

"Ayah, ibu sudah pulang?" tanya Rony santai.

"Kamu benar-benar keterlaluan, mau kamu apa. Apa kamu bodoh! Mau sampai kapan kamu keras kepala, pernah gak kamu mikirin ayah dan ibu mu ini. Kami berjuang mati-matian untuk bisa menyembuhkan kamu. Tapi apa..! kamu buang kesempatan itu begitu saja" bentak ayah. Rony masih diam mendengarkan segala kemarahan ayahnya, Rony sangat mengerti kemarahan ayah dan ibunya tapi di sisi lain dia juga tak bisa mengabaikan perasaannya.

"Ayah, ibu. Kalian bisa lihat kan, Mawar gak pernah benar-benar tulus mendonorkan sumsum tulang pada ku. Kalau dia tulus dia tak akan mengambil keuntungan dari itu semua, terlebih ini meminta Rony untuk menikahinya".

"Sayang, ini demi kebaikan mu nak, ibu dan ayah gak mau kehilangan kamu" ibu menghampiri Rony dan memegang erat pundaknya.

"Ayah, ibu.. aku mohon, oke.. mulai besok Rony mau kemo. Kak Arya akan berusaha mencari donor sumsum tulang dari orang lain. Tapi Rony mohon jangan Mawar, Rony gak bisa memenuhi kesepakatan itu" seru Rony.

"Ron, kamu tau kan donor sumsum tulang ini sulit tak segampang itu kita menemukan donor yang cocok, dan kamu masih keras kepala" ayah Rony kembali membentak.

"Ayah aku mohon, ibu lihat Rony, apapun yang kita lakukan jika takdir Rony harus mati pasti akan mati juga" tiba-tiba sebuah tamparan mendarat ke pipi Rony.

"Ayah..." teriak ibu.

"Anak ini memang gak bisa dikasihani, anak ini keras kepala. Bagaimana bisa dia egois hanya mementingkan kebahagiaan dia saja".

Ibu memegang pipi Rony yang memerah karena tamparan ayahnya. Mata Rony memerah, ayahnya tak pernah semarah ini sebelumnya.

"Aku gak tau jika ayah begitu mencintai ku, terimakasih atas tamparannya setidaknya aku tau jika ayah masih perduli sama Rony. Selama ini ayah sibuk, ayah tak pernah tau kan apa yang Rony inginkan, ayah hanya tau jika anak ayah ini sekarat dan perlu disembuhkan. Untuk waktu yang telah ayah sia-siakan, Rony memohon pada ayah untuk terakhir kalinya biarkan Rony bahagia di sisa umur Rony" dengan mata merah Rony meminta. Ayah dan ibu kaku mendengar ucapannya seakan tertampar keduanya tak mampu berucap sepatah katapun. Rony lantas mengambil jaket ke kamar dan pergi meninggalkan ayah dan ibunya.

Rony mengemudi mobil dengan masih dalam keadaan emosi. Dia terus saja mengemudi hingga tak terasa dia tiba di rumah singgah. Disana terlihat Nabila yang sedang asik bermain menemani beberapa anak-anak. Nabila melihat kekasihnya itu keluar dari mobil, dia melambaikan tangan dan tetap fokus dengan anak-anak. Rony berdiri melipat tangannya di samping mobil, memperhatikan Nabila dari jauh. Dia membalas lambaian tangan dan tersenyum manis pada Nabila. Hanya dengan bertemu Nabila perasaan Rony yang kacau bisa lebih baik.

Setelah anak-anak pulang, Rony yang sedari tadi duduk dan memperhatikan kegiatan Nabila menyambut Nabila yang menghampirinya.

"Kok cuman duduk, bukannya ngebantu aku nemenin mereka" protes Nabila.

"Maaf, aku capek. Ngomong-ngomong Gea kemana?" tanya Rony.

"Hem...katanya ada keperluan . . Jadi aku gantiin. Aku juga kan lagi santai" jawab Nabila.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang