BERDAMAI

409 42 2
                                    

Sekitar 5 hari Nabila di rawat di rumah sakit, Alya, Aro, Anggis, dan Rony bergantian menjaga Nabila. Sekali lagi Nabila merasa rumah nya kembali setelah sekian lama kosong tak berpenghuni.

"Sudah siap?" tanya Rony yang saat itu memaksa untuk menjemput Nabila dari rumah sakit.

"Udah. . Seharusnya kakak gak perlu repot-repot buat jemput aku, aku sudah sehat dan bisa pulang sendiri ke kos".

"Berapa kali aku bilang kalau aku gak pernah direpotkan oleh mu".

"Iya terimakasih, cuman seharusnya kakak gak usah ngelakuin ini" ujar Nabila sambil membereskan barang-barangnya. Rony mendekat berdiri di belakang Nabila yang sedang sibuk memasukkan barang ke dalam tasnya.

"Nab, boleh gak aku peluk kamu?" bisik Rony. Seperti tersengat listrik, tubuh Nabila kaku, dia merasa ada yang menjalar di dalam tubuhnya membuatnya takut untuk membalikkan badan. Keduanya dilanda perasaan aneh dan terdiam tanpa kata.

"Nab..." tangan Rony menyentuh pundak Nabila. Nabila yang kaget langsung berbalik dan mendorong tubuh Rony jauh darinya. Rony tersentak, dia menopang tubuhnya agar tidak terjatuh karena dorongan keras Nabila. Bibir Rony menyunggingkan senyum melihat respon Nabila.

"Biasanya kamu yang selalu merentangkan tangan untuk bisa aku peluk, sekarang bener-bener sudah gak bisa ya Nab. Apa memang sudah tak ada kesempatan lagi buat kita" ujar Rony dengan wajah sendu. Wajah Nabila pias, dia merasa bersalah sudah menolak Rony, tapi jika dia mengizinkan Rony memeluknya seperti dulu maka akan sulit untuk Nabila menyembunyikan perasaannya. Nabila tak ingin perasaan yang masih bergejolak dalam hatinya ini kembali terasa oleh Rony. Sikap Rony akhir-akhir ini sudah mamporakporandakan batas yang sengaja dia buat untuk memberi jarak antara dia dan Rony, kali ini dia tak ingin lebih jauh.

"Kak, aku pulang sendiri aja ya" Nabila mengambil barang lalu melangkah keluar. Rony yang mulai terbawa suasana lantas menarik Nabila mencengkram keras kedua lengan Nabila. 

"Lihat aku dan bilang kalau kamu sudah gak cinta sama aku Nab" Rony menatap tajam Nabila. Wajah Nabila tertekan, dia terlihat taku. 

"Kak, sakit kak?" Nabila merintih kesakitan karena cengkraman tangan Rony di kedua lengannya.

"Aku mau kamu jujur Nab, aku perlu jawaban" Rony semakin memaksan, cengkramannya semakin kuat. Nabila semakin tak bisa berkutik, dia terdesak namun terus berusaha melepaskan diri dari Rony yang terlihat sangat berbeda, entah apa yang merasuki Rony sehingga dia terlihat seperti bukan Rony yang Nabila kenal.

"Kak, , " Nabila melepas barang yang dia pegang dan dengan sekuat tenaga menghempas tangan Rony hingga Rony terjungkal. Rony jatuh tertunduk di hadapan Nabila. 

"Astaufirullah, kak...maaf....kakak gak papa?" seru Nabila langsung berlutut dan melihat kondisi Rony. 

"Pergi Nab, kamu pulang sendiri aja" pinta Rony masih tertunduk dengan mata nanarnya. 

"Kak,,," Nabila menyentuh pundak Rony. 

"Pergi Nab" Rony berteriak mengagetkan Nabila. Nabil segera berdiri dan mengambil barangnya, dia berlari ke luar sambil menangis. Apapun yang terjadi saat ini tentu menjadi hal yang begitu menyakitkan untuk keduanya, Nabila masih belum mampu membuka hatinya kembali bukan karena tak cinta namun rasa bersalah dalam benak Nabila pada Mawar masih mengikat dirinya untuk tetap menyimpan rapat-rapat perasaan nya. 

Rony masih meringkuk, dia menyesali sikapnya yang sudah kelewatan pada Nabila. Dia sendiri tak mengerti tau apa yang telah merasukinya hingga dia membuat Nabila begitu takut, kejadian akhir-akhir telah membuatnya begitu tertekan, rasa bersalah pada Mawar, hidupnya yang seakan hancur, dan cintanya pada Nabila yang tak berujung seakan bersamaan menggerogoti seluruh kewarasannya. Hanya Nabila satu-satu orang yang menjadi harapan untuk Rony bisa kembali waras tapi sikapnya tadi telah membuat Nabila begitu tertekan, rasa bersalahnya semakin menyiksa saat dia melihat wajah Nabila yang begitu ketakutan keluar dari ruangan dengan tangisnya. 

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang