Malam terasa dingin dan sunyi saat Nabila harus melambaikan tangan pada umma dan abi yang sehari setelah acara wisuda harus kembali pulang ke Aceh. Kini dunianya kembali hampa terasa. Hatinya masih membeku karena luka di hari kemaren, Rony benar-benar menghilang tanpa kabar. Semua seperti benang kusut di kepala Nabila. Dia kembali pulang ke kos dan terus menangis tanpa henti.
"Apa lagi ini ya Allah, setelah engkau buat lelaki itu membawa ku terbang hingga sampai ke singgasana indah di atas awan, tiba-tiba saja kau buat laki-laki itu melempar ku hingga ke dasar jurang. Sakit sekali rasanya" ucap Nabila dalam tangisnya. Dia terus saja menangis hingga terlelap.
Di rumah sakit Rony sedang berjuang dengan maut, dia tak kunjung sadar sejak pingsan di hotel. Semua perawatan dilakukan, ayah dan ibu Rony pun juga sudah menghubungi Mawar mencoba membujuknya untuk mau melakukan donor sum sum tulang belakang namun tak pernah Mawar menghiraukan telfon dari keduanya. Arya dan pihak dokter melakukan segala cara untuk bisa membuat Rony kembali sadar.
Keesokan paginya Nabila terjaga, badannya terasa sakit karena tidur dengan posisi duduk, dan matanya merah karena tangis semalam. Setelah melaksanakan sholat subuh hatinya mulai kembali tenang. Hari ini dia memiliki jadwal untuk ke kampus mengurus persiapan coass dan ke rumah sakit untuk memberikan hard copy hasil penelitian. Dia cukup kuat untuk tetap melaksanakan tugas walau nyatanya hati sudah luluh lantah. Dia kembali mengembalikan segala semangat untuk melanjutkan hidup. Kegiatan dia selesaikan satu persatu, sesaat dia bisa melupakan kejadian kemaren dan konsentrasi pada urusannya.
Di terik siang Jakarta dia berdiri menunggu taxi yang dia pesan untuk ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit dia masih terus berusaha memupuk semangat menuju ruangan dokter Arya dan dokter Axel.
"Selamat pagi sus, saya mau bertemu dengan dokter Axel dan dokter Arya" ujar Nabila pada asisten yang ada di ruangan dokter.
"Selamat pagi Mbk Nabila. Udah buat janji sebelumnya?".
"Belum sih, tapi saya cuman mau setor ini aja" memperlihatkan hard copy skripsinya.
"Oh.. iya bentar mbk, ini dari jadwal dokter Arya ada, dokter Axel gak ada jadwal ternyata, tapi tadi ada di ruangannya kok".
"Oh... Jadi bisa dong ketemu?" tanya Nabila.
"Harusnya bisa sih mbk... Coba masuk aja".
"Siap, makasih ya sus" Nabila melangkah menuju ruangan mereka. Langkahnya terhenti saat melihat kedua dokter itu berdiri diambang pintu. Mereka terlihat berdiskusi serius. Keduanya sangat serius hingga tak menyadari ke datangan Nabila. Jarak Nabila dan ke dua dokter itu hanya berkisar 5 meter, tapi keduanya benar-benar terlalu fokus. Saat Nabila mencoba menyapa terdengar nama Rony yang mereka sebut.
"Aku masih berusaha untuk merayu Mawar" seru dokter Arya.
"Dalam minggu ini harus terlaksana, jika tidak aku gak tau Rony bisa bertahan atau tidak" lanjut dokter Axel. Nabila sedikit terkejut mendengar nama Rony disana. Tapi dia masih belum juga bisa mencerna apa yang mereka bahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
General Fiction"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...