Nabila mulai bekerja di rumah sakit, dia kembali memeriksa pasien. Saat dia tiba di rumah sakit ucapan selamat kembali dia terima. Nabila kembali bekerja dengan status barunya sebagai seorang istri dari Rony Parulian seorang pengusaha yang cukup ternama. Rumah sakit yang menjadi tempat kerjanya pun sebagian sahamnya adalah milik keluarga Rony. Ada rasa bangga namun juga beban dalam diri Nabila, beban menerima pandangan orang yang mungkin akan berfikir jika dia bisa masuk di rumah sakit ini karena Rony, padahal tak ada andil Rony sedikitpun, dia bisa masuk ke rumah sakit ini melainkan murni karena kemampuannya.
"Dok, Dokter ada jadwal dengan bagian radiologi untuk pemeriksaan pasien atas nama Reza" ucap perawat.
"Iya sus, ini sudah mau ke sana" jawab Nabila. Dia bergegas menuju ruang Radiologi. Masih sedikit lelah namun Nabila harus tetap profesional melakukan tugasnya. Setelah dengan benar melakukan pemeriksaan pasien, Nabila membuka hasilnya dengan Arya.
"Gimana menurut mu Bil?" tanya Arya.
"Ini tumor kak, harus segera di angkat kalau gak bisa bahaya".
"Oke, segera persiapkan, konfirmasi dulu ke wali" ucap Arya.
"Siap dok" jawab Nabila spontan membuat Arya sedikit terkejut. Pasalnya Nabila jarang memanggil Arya dengan panggilan dokter kecuali di depan pasien.
"Kamu kenapa?" tanya Arya menatap Nabila aneh.
"Kenapa memangnya?" Nabila yang tak merasa ada yang aneh pun bingung.
"Sejak kapan resmi banget manggil dokter?".
"Ha.... Ha... Profesional dok" jawab Nabila dengan tawanya. Arya menatap sinis.
"Ha..ha.. jangan gitu dong.. kakak ipar ku yang ganteng" rayu Nabila.
"Dasar... Kakak, bukan dokter kalau cuman berdua" ucap Arya.
"Ha..Ha.. iya..iya.. ya udah ayo kerja" ucap Nabila mendorong tubuh Arya keluar ruangan.
Jadwal Nabila cukup padat hari ini mengingat dia sudah meninggalkan pekerjaannya selama 1 minggu. Beberapa tindakan pada pasien harus dia lakukan segera walaupun sebenarnya tubuhnya lelah karena acara selama seminggu ini.
Hari ini waktu seakan berputar lebih lambat dari biasanya. Entah memang Nabila yang mulai berlebihan atau bagaimana, ternyata perasaan rindu pada Rony memenuhi hatinya.
"Baru juga gak ketemu beberapa jam Nab" gumam Nabila dalam hati sambil memeriksa pasien.
Nabila tak tau jika setelah menikah rasa ingin selalu bertemu lebih meningkat dari biasanya dan itu cukup menyiksa. Perasaan itu mengganggu bahkan hingga waktu istirahat siang, tapi hal itu terobati ketika tiba-tiba telfonnya berdering.
"Assalamualaikum sayang aku ke ruangan mu ya" ucap suara lelaki yang memenuhi fikirannya sejak tadi.
"Waalaikumsalam, kakak ke sini?" tanya Nabila.
"Iya, waktunya makan siang kan. Aku bawak makanan buat kamu" ucap Nabila. Reflek Nabila beranjak dan berlari menuju lobi rumah sakit. Dia yakin Rony sudah ada di sana, rasa rindunya sudah tak terbendung hingga sulit untuknya sabar menunggu Rony sampai di ruangannya. Nabila berlari kecil melewati beberapa lorong rumah sakit, senyumnya merekah membayangkan suaminya datang.
"Kak" teriak Nabila melihat Rony yang berjalan mengotak atik HP menuju ruangan Nabila. Rony melambaikan tangan melempar senyum terbaik. Nabila dengan wajah ceria berlari memeluk suaminya, dia bahkan tak perduli ada beberapa orang yang juga sedang hilir mudik di sana.
"Weee... Kenapa sayang?" tanya Rony terkejut dengan ekspresi Nabila.
"Aku kangen" ucap Nabila manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Fiksi Umum"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...