"Sus pastikan semuanya sudah di alihkan ke Dokter Fifi ya untuk 1 Minggu ke depan" ucap Nabila.
"Sudah Dok.. dokter Fifi juga sudah siap, beberapa sudah dokter Fifi tangani".
"Makasih ya".
"Dok, selamat dan mudah-mudahan lancar ya".
"Makasih Sus, nanti di resepsi harus hadir ya".
"Pasti dong" jawab suster Weni penuh dengan semangat.
Beberapa minggu belakangan Nabila benar-benar harus ekstra membagi waktu untuk mengurus persiapan pernikahannya, tak terasa hari itu akan hadir dalam hitungan hari.
"Sayang entar tolong jemput jam 12 ya, aku sudah selesai" sebuah WA Nabila kirim ke Rony.
"Sayang aku masih ada sedikit kerjaan agak telat ya" jawab Rony.
"Iya aku tunggu".
Jam menunjukkan jam 13.30 namun Rony tak kunjung datang. Awalnya Nabila gelisah karena khawatir Rony kenapa-napa namun dia ingat jika Rony memang masih ada sedikit pekerjaan. Waktu terus berputar hingga menunjukkan jam 14.00, dan selama itu Rony tetap tak memberi kabar. Nabila mencoba menelfon namun tak ada jawaban. Nabila pun menelfon Bapak Adit.
"Assalamualaikum Pak, Kak Rony sama bapak?" tanya Nabila.
"Waalaikumsalam Nabila, tadi iya.. sekitar satu jam yang lalu dia sudah pergi".
Deg... Hati Nabila mulai resah, untuk menuju rumah sakit dari kantor Rony tak butuh waktu satu jam bahkan dalam keadaan macet sekalipun.
"Kemana ya Pak kok gak ada kabar, memang kak Rony bilang mau kemana?" tanya Nabila dengan cemas.
"Gak tau Nabila. Aku coba bantu hubungin ya" ucap bapak Adit yang tak kalah khawatir.
"Terimakasih Pak, Assalamualaikum".
"Iya Waalaikumsalam".
Nabila mulai panik, dia mondar mandir di ruangannya. Dia terus mencoba menelfon Rony namun tetap saja tak ada jawaban.
"Kak..kakak kemana?" gumam Nabila dalam kekhawatiran nya.
Nabila segera keluar dengan tasnya, dia berlari menuju taxi di depan rumah sakit, dia pergi tanpa tau mau kemana.
"Mau kemana Mbak?" tanya sopir.
"Kita ke kantor ini ya Pak" ucap Nabila menunjukkan nama kantor Rony pada sopir.
"Oh.. iya Mbk" sopir itu terus mengendarai mobilnya, hingga diperjalanan Nabila melihat ada sebuah mobil yang sangat dia kenal sedang terparkir di pinggir jalan. Dia langsung meminta taxi itu berhenti.
"Pak.. pak.. tolong berhenti di depan ya" ucap Nabila.
"Oh.. iya Mbk".
"Pak tunggu sebentar ya" ucap Nabila yang langsung turun dan berlari ke arah mobil yang dia yakini adalah mobil Rony. Dia mendekat ke mobil itu dan melihat ada seorang perempuan yang sedang duduk di dalam mobil itu dengan pintu terbuka. Nabila agak sedikit takut mendekat sebenarnya, dia takut pikiran jelek di kepalanya membuatnya emosi hingga tak mau mendengar alasan apapun dari Rony. Tapi Nabila tetaplah seorang perempuan dan manusia. Saat melihat seorang perempuan berdua dengan calon suaminya pikiran buruk tak bisa terelakkan mendera kepala nya.
"Kakak" ucap Nabila melihat Rony duduk sambil berusaha mengotak atik HPnya.
"Bu Nabila" ucap perempuan itu.
"Nab, kamu" Rony langsung keluar dari mobilnya yang memang sudah terbuka. Nabila berusaha tenang namun hatinya sakit. Dari tadi dia khawatir akan keadaan Rony, sekarang dia sedang duduk manis di mobil bersama seorang perempuan. Nabila menatap nanar dan melangkah mundur berlari menuju taxi yang tadi menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
General Fiction"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...