"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang sangat terik saat keduanya akan kembali ke Jakarta. Mereka berdua kembali dengan penuh kebahagian. Berdampingan mereka duduk di atas pesawat dengan senyum mekar, sesekali Rony menatap Nabila.
"Lagi mikirin apa?" tanya Rony.
"Ha...gak..gak lagi mikirin apa-apa".
"Bulan depan aku balik ke sini lagi ya" ucap Rony membuat Nabila yang tadinya menatap kosong langsung menoleh.
"Maksudnya?" tanya Nabila.
"Tadi di pintu masuk aku sudah minta izin sama Abi untuk melamar mu bulan depan. Aku akan bawa ayah dan ibu". Nabila memalingkan mukanya, dia tertegun bingung. Ini adalah hal yang begitu membahagiakan, tapi bagaimana bisa dia bertunangan dengan laki-laki yang bahkan belum satu tahun ditinggal istrinya.
"Sayang, kenapa?" suara Rony melembut. Turbulensi saat itu seakan tak terasa karena ternyata jantung Nabila lebih bergejolak.
"Kak, kenapa mesti buru-buru?" tanya Nabila.
"Kamu gak mau nikah sama aku?". Mendengar itu Nabila merasa bersalah, bukan itu alasan kekhawatiran nya, walau dia bahagia dengan hubungannya saat ini bersama Rony, tapi rasa bersalah pada Mawar masih saja menghantui nya. Entah kapan tapi saat ini Nabila benar-benar belum siap untuk itu.
"Bukan gitu kak, kakak adalah laki-laki pertama yang aku cintai setelah Abi, hidup bersama kakak adalah impian yang aku langitkan. Tapi aku masih belum bisa melepas rasa bersalah ku pada Mawar, aku semakin merasa bersalah jika diwaktu dekat aku sudah merebut kakak dari nya".
"Ya Allah Nab, kamu terlalu berlebihan. Mawar sudah tenang di sana, gak bisa kamu selalu merasa bersalah. Kita harus melanjutkan hidup Nab" ucap Rony.
"Tapi kak....!".
"Udah... Kita jangan ngomongin ini sekarang, kita bahas nanti. Kamu masih capek dan kamu perlu untuk memikirkannya lagi" nada Sura Rony memelas, Nabila merasa bersalah karena melihat kekecewaan tergambar di wajah Rony. Nabila menggeser tubuhnya miring dan memegang wajah Rony menarik menghadap wajahnya.