Suara mobil sudah begitu riuh di jalan, Rony duduk tenang di kursi belakang. Dia terus diam memikirkan banyak hal.
"Mas ini kita jemput mas Aro dulu?" tanya sopir Rony.
"Iya Pak" jawab Rony.
Pagi sekali Rony dan Aro harus berangkat ke Bandung untuk proyek Rumah Kangker yang akan mereka bangun berdua.
"Pagi pak CEO.." sapa Aro setelah tiba di rumah nya.
"Pagi.... Udah cepetan masuk" pinta Rony dengan malas.
"Kenapa mesti bawak sopir sih,,, aku kan bisa nyetir!".
"Aku lagi malez mu nyetir jemput kamunya".
"Ya aku kan bisa jemput kamu".
"Udahlah... Ribet, aku mau tidur. Lagian kan enak gini kamu juga bisa santai".
"Oke... Ngomong-ngomong lokasinya kenapa mesti di Bandung Ron?" tanya Aro. Sebenarnya sejak awal Aro sedikit khawatir saat Rony menawarkan proyek baru ini. Proyek pembangunan rumah kangker yang cukup besar ini lokasinya sangat dekat dengan rumah sakit tempat Nabila coass. Aro khawatir Rony bisa bertemu dengan Nabila dan akan mengacaukan semuanya.
"Tempatnya strategis, Deket sama rumah sakit juga" jawab Rony santai.
"Oke..oke...".
Aro mengikuti mau Rony, Aro sadar tak mungkin membatalkan proyek ini hanya karena alasan Nabila. Cukup lama di perjalanan, keduanya mengobrol banyak hal dalam mobil, termasuk juga design bangunan yang akan dibuat, mereka juga sudah mempersiapkan presentasi yang akan mereka sampaikan nanti.
Setibanya di Bandung, mereka bertemu dengan klien di sebuah cafe yang cukup nyaman. Meeting dimulai sampai sebuah vidio call cukup mengganggu pekerjaan Rony.
"Siapa?" bisik Aro.
"Mawar" jawab Rony.
"Angkat dulu, ribet tunangan mu itu" ujar Aro menyuruh Rony pergi ketempat lain.
"Iya ...tunggu ya, bapak... Mohon maaf saya permisi sebentar" Rony meminta izin dengan sopan dan pergi ke tempat yang agak jauh untuk mengangkat vidio call dari Mawar.
"Hai sayang... Lama banget ngangkatnya".
"Kamu kan tau kalau aku lagi mau meeting, ada apa?" tanya Rony dengan nada kesal.
"Hem...ya maaf, aku cuman mau mastiin kamu sudah nyampek dengan selamat. Kamu gak ngabarin aku soalnya".
"Hem... Oke..ya udah.. aku baik-baik saja, udah kan. Aku harus ketemu sama klien lagi" saat Rony akan menutup vidio call seorang gadis sepintas mirip Nabila keluar dari cafe itu.
Rony tertegun, tubuhnya membeku seketika dan pandangannya tak teralihkan. Dia memastikan kembali perempuan itu adalah Nabila dan benar dia tak mungkin salah mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Fiction générale"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...