MERELAKAN

331 55 8
                                    

Hari ini sepertinya hujan sangat mengerti bagaimana luka yang Nabila rasakan. Hujan terus turun tanpa henti, Nabila bangun dari duduknya, dia menghapus air mata dan segera memanggil taxi yang lewat. Masih dalam keadaan basah kuyup dia bergegas ke rumah singgah. Di sana dia membuka seluruh data guru bantu yang mengajar, dia ingat dulu Rony pernah bilang jika Mawar pernah menjadi guru bantu di sana sebentar. Dia mencari sampai dia menemukan foto Mawar dan seluruh datanya, dia memfoto alamat itu dan kembali ke taxi yang dia pesan untuk menju rumah yang tertera.

Sesampainya disana, hujan sudah mulai mereda, namun baju Nabila masih basah. Bibirnya sudah membiru, tubuhnyapun menggigil, tapi semua tak dia hiraukan. Isi kepalanya mampu mengalihkan segala rasa sakit yang tubuh Nabila rasakan. Tangannya gemetar saat dia memencet bel dengan gerbang tinggi yang menutupi rumah besar itu. Seorang satpam keluar menemui Nabila.

"Maaf mbk perlu dengan siapa?" tanya satpam menatap Nabila aneh.

"Saya perlu ketemu sama Mawar pak" jawab Nabila dengan suara bergetar. Satpam itu merasa kasihan dan segera berlari masuk rumah, cukup lama Nabila berdiri di depan gerbang sampai sosok yang dia cari keluar. Awalnya dia terlihat ramah, namun setelah menyadari jika Nabila yang datang wajahnya terlihat murka.

"Ngapain kamu kesini?" teriak Mawar.

"Mawar,,,, aku perlu bicara pada mu" ujar Nabila.

"Kenapa, kamu juga mau memohon pada ku. . . Nabila akhirnya kamu sadar juga sekarang. Denger ya... Aku gak mau mendonorkan sumsum tulang belakang ku pada Rony" nada Mawar semakin meninggi, dia membalikkan badan untuk mengabaikan Nabila. Dengan cepat Nabila menarik tangan Mawar dan bersimpuh dihadapannya.

"Mawar...aku mohon, apapun ... Apapun yang kamu minta akan ku lakukan. Aku mohon, selamatkan kak Rony. Hanya kamu satu-satunya yang bisa menyelamatkan dia" Nabila menangis dan terus memohon. Mawar tersenyum licik, dia merasa menang dan berkuasa saat ini. Dia menghempas tangan Nabila, hingga dia tersungkur. Dia mendekat pada Nabila dan menundukkan tubuhnya untuk bicara pada Nabila.

"Kalau kamu mau aku melakukan itu, pastikan jika kamu benar-benar pergi dari hidup Rony, jangan pernah muncul di hadapan aku atau Rony, dan pergi jauh tanpa meninggalkan jejak apapun" ucap Mawar. Nabila tertegun, dia benar-benar tak memiliki pilihan. Dia hanya ingin melihat Rony kembali pulih dan sehat, dan satu-satunya yang bisa menyelamatkan Rony adalah Mawar. Mungkin berat tapi hanya ini yang bisa Nabila lakukan.

"Baiklah, aku akan melakukan itu. Apapun itu akan ku lakukan jika hal itu bisa menyelamatkan kak Rony. Aku akan pergi jauh dari hidupnya tanpa meninggalkan jejak apapun, tapi aku mohon tolong kak Rony".

"Hem... Jaminannya apa kalau kamu akan pergi jauh dari Rony" Mawar semakin menekan Nabila.

"Mulai besok aku tak akan menemui Rony, tapi sebelumnya hari ini biarkan aku melihatnya sekali saja. Setelah itu aku akan pergi meninggalkan dia. Aku janji pada mu aku mohon" jawab Nabila masih memohon pada Mawar.

Wajah mawar terlihat ragu, tapi dia juga tak ingin kehilangan kesempatan ini. Bagaimanapun kegilaannya terhadap Rony masih terus melekat pada dirinya.

"Oke... Aku pegang janji mu, setelah pertemuan terakhir mu ini kamu harus pergi dan tidak menemui Rony lagi" ujar Mawar.

"Baiklah, aku janji. Sekarang juga aku mohon datanglah ke rumah sakit. Aku menunggu mu disana" jawab Nabila.

"Pergilah, aku akan ke rumah sakit. Saat aku ke rumah sakit nanti pastikan kamu sudah pergi dan tak mengganggu Rony lagi".

Nabila mengangguk, dia percaya jika Mawar pasti datang. Dia kembali ke taxi yang masih menunggunya, dengan baju yang mulai mengering dan wajah pucat, dia bergegas ke rumah sakit. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa menemui Rony. Dia menelfon Alya untuk membantunya bisa menemui Rony, dia tau persis jika Ibu Rony tak akan membiarkan dia masuk menemui Rony.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang