Waktu berputar sangat cepat, tak terasa Nabila memasuki semester-semester akhir perkuliahannya, setiap hari dia hanya berkutat dengan dunia medis, pontang-panting belajar dan terus belajar. Kegiatannya diluar kampus masih seperti biasa, membantu mengajar di rumah singgah, berkumpul bersama teman, atau sekedar menemani mau Rony yang tak masuk di akal.
Rony dan Nabila sendiri terus saja berhubungan tanpa ada status apapun. Mereka masih perduli satu dengan yang lain walau tak seintens dulu karena kesibukan keduanya. Beberapa kali usaha Nabila untuk menghindar selalu gagal, perasaan memang tak bisa dibohongi. Walau sadar jika keduanya tak bisa bersatu, mereka tetap saja menanam perasaan itu dalam hati mereka.
"Udah dapat undangan dari Rony gak Bil" sebuah pesan masuk di hpnya.
"Iya kak, udah. Kak Alya mau datang juga?".
"Iyalah. Kan Aro juga wisuda. Kita bareng ya".
"Apa gak papa kak? Mawar pasti datang kan?" tanya Nabila.
"Setau ku gak Sik Bil, soalnya Rony cuman nyiapin 3 undangan. Buat orang tua Rony dan kamu" jawab Alya.
"Tapi bisa aja dia datang lepas acara kak".
"Ya biarin lah, kamu kan sama aku" jawab Alya santai.
"Udah. Pokoknya besok siap-siap dandan cantik kita ke acara wisuda bareng, aku jemput ya cantik".
"Hem.. oke kak".
Pagi hari Nabila bersiap-siap untuk memenuhi undangan dari Rony. Sebuah undangan resmi acara wisuda laki-laki yang dia cintai. Dia tersenyum melihat undangan itu, dan terus memoles wajahnya dengan make up. Tak lama setelah itu Alya datang mengendarai mobil menjemput Nabila. Mereka berdua terlihat cantik bak seorang putri yang akan bersiap ke pesta menemui pangeran mereka.
Acara berlangsung dengan lancar, Nabila duduk bersama Alya. Semua prosesi wisuda terlaksana hingga nama Aro dan Rony dipanggil ke depan. Alya dan Nabila tersenyum bangga melihat dua lelaki itu melangkah menerima tanda kelulusan mereka, Nabila semakin tercengang penuh haru saat nama Rony dipanggil sebagai lulusan terbaik tahun itu. Semua mata tertuju pada Rony yang berdiri dengan gagah dan rupawan memberikan sambutan.
"Keren memang cowok mu" bisik Alya.
"Hem... Cowok dari mana, kakak kan tau kita gak ada apa-apa" jawab Nabila.
"Makasih ya Bil. Kamu mau bertahan, aku gak tau kalau bukan karena kamu dia gak akan bisa sampai di titik ini, sebagai sahabat Rony aku tau benar betapa berartinya kamu buat dia" ucap Alya. Nabila tersenyum getir, mendengar itu hatinya seperti sedang diiris perlahan. Apa yang bisa dia banggakan dengan hububgan yang tak berujung ini. Nabila sendiri tak yakin jika akan ada kebahagiaan diujung cerita mereka.
Acara selesai, semua berhambur menemui kerabat. Aro menemui Alya ditemani kedua orang tuanya. Alya tak melupakan Nabila, dengan begitu riang dan percaya diri Alya memperkenalkan Nabila sebagai adiknya pada semua orang. Begitu juga saat bertemu dengan keluarga Rony.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Fiksi Umum"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...