Happy reading
-
-
klo ini aku g mw tanggung jawab 😞
Menurut Avi, wajah Kalara itu gampang dirindukan. Sepasang mata cantik dan sifatnya yang sering malu-malu. Dia lembut dan memiliki suara halus mudah diingat. Kalau Lara terlahir menjadi sebuah kue, mungkin dia menjadi kue bolu. Lembut dan halus. Juga manis pastinya.
Mata Avi terus menatap Lara yang sedang menggambar melipat kakinya. Sesekali dirinya membenarkan rambutnya yang menjulur ke depan. Menggarap gambarannya itu begitu asik. Avi segera membuka ponselnya. Mengambil gambar Lara hendak memposting di story instagramnya. Ia ingin memamerkan pada semua orang kalau dia memiliki adik yang sangat cantik tak tertanding.
kue bola kalo idup gini bentuknya
Itu caption yang Avi pilih. Kemudian pemuda itu tertawa sendiri dalam baringannya.
"Kenapa?" tanya Lara tersadar. Mengerjap bingung.
Avi saat itu juga malah memencet rekam kamera depan. Bangkit dari baringannya lalu duduk di sofa sebelah Lara.
"Say hye kue bolu..." kata Avi menempelkan pipinya pada pipi Lara. "Eh apa minyak telon?" tanya Avi seakan berbicara dengan kamera.
Dengan pipi yang masih menyatu, Lara menaikkan garis wajahnya. Tersenyum tipis. Saat itu juga Avi berlagak ambyar. Menegangi dadanya dramatis seolah kena tombak. "Duhhh manis banget anjir..." ucapnya hiperbola.
Lara tertawa. Ikut limbung kakaknya yang merangkul dirinya.
"INI SIAPA LAGI YANG MAKAN SEMANGKA NYENDOK!?"
"Nahh singanya muncul guys!" ucap Avi sembari merapikan rambutnya. Segera menarik Lara untuk pergi kabur. Avi dengan sengaja mengarahkan kameranya pada Aige yang menggunakan apron baru memasak.
Lara dan Avi tertawa bergandengan. Berusaha menghindar dari Aige yang mengejar. "Gue hitung sampe tiga uang jajan minggu besok ngga gue kasihin,"
"Gue bisa kasih dua kali lipat, Ra! Jangan!" kata Avi menggebu.
Lara masih tertawa menoleh Avi. "Bener ya?"
Dan saat itu juga ketiganya jadi kejar kejaran. Memutari rumah di malam itu sampai perut mereka sakit karena terus tertawa. Aige sampai lupa kalau dirinya meninggalkan penggorengan. Tempe yang dia goreng pun berakhir gosong menghitam.
Avi dan Lara duduk di sofa dengan nafas terengah. Avi memainkan ponselnya, mengirim keseruan mereka barusan untuk dijadikan story instagram.
Tak lama setelahnya suara petir bergemuruh terdengar. Tanpa aba-aba, hujan juga turun dengan deras.
"Avi, sepatunya udah diangkat belom?" tanya Aige dari dapur.
"Udah!" pekik Avi masih fokus dengan edit ponselnya.
Mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Lara juga bergerak melanjutkan gambarannya. Sampai pada saat suara ketukan pintu terdengar.
"Itu siapa?" tanya Lara melirik Avi.
"Setan kepala tomat," jawab Avi asal. Lara berdecak. "Avi!"
"Buka kamu deh. Bungsu," kata Avi memerintah. Menggunakan koneksinya sebagai seorang kakak.
Lara mendengus kecil. Walau selanjutnya menurut bangkit dari duduknya melenggang ke pintu depan. Begitu pintu terbuka, bibir Lara tenganga. Mengerjap bingung tak kenal dengan seseorang yang berdiri di depan pintu memegangi tangannya yang menenteng tas mahal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...