45. Kalara si Pemegang Kuasa

3.1K 214 12
                                    

Happy Reading

-

-

"Tuan muda, maaf sebaiknya lewat belakang. Tuan besar sudah hampir sampai."

"Siapkan garasi. Bukakan gerbang belakang untukku," perintahnya melalui earphone. Selanjutnya segera melesat cepat dengan motornya.

Untungnya ia sudah memasuki kawasan rumah. Segera memasukkan motornya dalam garasi kecil yang biasa digunakan untuk menyimpan peralatan kebersihan atau barang buangan. Di rumah ia memiliki tiga garasi yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Dan bisa dibilang garasi belakang adalah satu-satunya yang jarang dipakai.

Setelah memastikan motornya, ia disambut dengan asisten laki-laki yang biasa mengasuhnya lima tahun terakhir. Karang melemparkan kunci dan helmnya.

Ada dua pelayan perempuan yang menunduk sopan di depannya. Pemuda itu juga melepaskan tas dan jaketnya. Selanjutnya berlari cepat menuju dalam rumah.

Sial, kenapa rumahnya seluas ini? Jarak antara halaman belakang dan ruang depan saja membuat Karang ngos-ngosan.

Ayahnya adalah orang yang gila hormat. Beliau baru saja menyelesaikan pekerjaannya di Bali. Karang tahu ayahnya sangat sibuk disana. Pasti pulang dalam keadaan lelah.

Saat memasuki ruang depan. Nampak puluhan pelayan sudah berbaris rapi untuk menyapa kedatangan Ayah. Bodyguard juga menjaga dengan ketat.

Karang segera memposisikan diri. Mengatur nafasnya sesaat. Tak lama setelahnya suara langkah sepatu wanita terdengar. Pemuda itu melirik ke atas. Nampak sang Ibu yang sedang turun agak terburu dengan satu asisten dan dua pelayan di belakangnya. Masih mengenakan pakaian kerja.

Sepertinya Ibunya juga meluangkan waktu meninggalkan rumah sakitnya sebentar untuk menyapa kedatangan sang Ayah.

Sampai di bawah, Lidia menoleh kecil. Selanjutnya kembali meluruskan pandangan. "Kenapa tidak memperhatikan penampilan kamu? Ayah bisa marah. Kamu tau tata krama bukan?" kata Melsa tenang.

Karang membelalak kecil. Jantungnya mencelos seketika. Kini keadaan dirinya basah keringat, rambut berantakan, dan pakaian basket yang melekat. Bagaimana ini? Ia tidak memiliki waktu untuk berganti pakaian. Suara derapan kaki ramai yang mempertandakan sang Ayah sudah pulang.

Pemuda itu memilih pasrah. Menahan nafas saat wajah David muncul di balik pintu besar itu. Semua pelayan dan bodyguard dengan sopan membungkuk. Menyapa kehadiran David.

Hal pertama yang David lihat adalah kehadiran Karang disana dengan pakaian tidak rapinya. Degup jantung Karang berdetak cepat tat kala David berjalan mendekat padanya.

Tepat mereka beradu tatap, tanpa aba-aba David melayangkan tangannya pada wajah Karang.

Bukkk

Karang terhuyung. Kembali tegak berusaha mempertahankan postur tubuhnya. Merunduk dalam tak berani menatap sepasang mata nyalang itu. "Apa harus aku pulang langsung mencium bau keringat kamu? Apa yang kamu lakukan dengan pakaian ini?" tanya David tajam. Menekan telunjuknya di pelipis Karang sampai oleng.

Sementara Karang dengan nada bergetar segera menjawab. "Olahraga, Yah. Maaf, Karang tidak memperhatikan perintah Ayah."

"Jangan melenceng Karang. Kamu harus ingat untuk apa kamu dibesarkan. Meski saya jarang memantau bukan berarti saya tidak tahu. Jika ada hama menganggu, tidak segan saya menghancurkan apapun itu bahkan kamu sekalipun," ucapnya tegas.

Karang meneguk ludahnya susah payah. "Iya, Ayah."

David mendengus kecil. "Besok temani saya di acara Dies Natalis Williams Group. Ada investor bagus yang akan hadir diacara itu, dan kamu. Tunjukkan kalau kamu adalah penerus Hysi Company yang dipersiapkan dengan matang dan bersinar. Jika dia ingin bekerja sama dengan perusahaan kita, akan sangat menguntungkan. Dia orang yang jeli. Pertimbangan dia untuk menekan kontrak panjang akan sangat dipikir. Tugas kamu meyakinkan dia sebagai penerus Hysi Company."

Sea For Blue WhalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang