Happy reading-
-
part ini dikit hehe mmf 😃🙏
"Ra,"
Lara tersentak. Tersadar dari lamunannya.
"Jangan bengong mulu. Kalo sama gue ngga boleh sedih," kata Rea mencebikkan bibirnya.
Lara berusaha tersenyum tipis. Perlahan menyeruput susu kotak stroberi miliknya. Mereka duduk di taman. Terdapat meja dan kursi permanen dari tembok kokoh. Sekedar menikmati udara sebelum masuk kelas untuk melanjutkan pelajaran.
Rea sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Sementara Lara hanya mengamati sekitar, lalu melamun sesaat.
"Huhuhuuu gue tuh masih suka iri kalo liat circle orang kaya. Selena, Pinkan, Leo, Gabriell, pacar lo. Vibesnya kaya circle drakor gitu loh. Yang semalem gue tonton, Hierarchy. Mirip nih. Gilak, apalagi ini. Foto mereka badas banget anjir. Nih," Rea menunjukkan postingan instagram akun Pinkan, menampilkan lima orang yang sedang mengenakan seragam sekolah masing-masing dengan segala aksesoris dan tas mahal.
Hanya memasang wajah datar saja kekayaannya nembus layar. Lara hanya merespon dengan anggukan. Presepsi mereka beda. Lara sudah mengetahui semua sifat aslinya.
Rea menarik kembali ponselnya. Terus stalking akun mereka. "Eh, Bianca ngga masuk circle ini? Gue denger dia satu sekolah juga pas SMP sama mereka. Lo anak kelasnya, kan? Abel kalo disuruh cerita kelas sendiri ogah-ogahan," katanya lagi.
Mendengar nama Bianca disebut, Lara menurunkan pundaknya. Gadis itu sudah tak berangkat sekolah satu bulan terakhir. Cukup menenangkan, sekolah Lara jadi tak perlu terus berdebar setiap harinya. Tapi saat mendengar namanya saja, menguras energi juga.
"Dia holiday ya? Kok bisa ampe lama gitu? Sama kaya pacar lo?" tanyanya. Berikutnya jari Rea bergerak untuk menstalking akun Bianca gantian. Isinya tak jauh dari pamer harta. Liburan dan memamerkan barang branded yang dia punya. Sampai pada saat dia melihat story terbaru Bianca.
Nampak gadis itu sedang bermiror selfie. Tersenyum mengangkat tinggi tas belanjanya. Yang membuat salah fokus bukan itu, melainkan seorang pemuda yang duduk memainkan ponsel di belakangnya.
Detik berikutnya, Rea dengan heboh menepuk tangan Lara. Pandangannya melebar tak percaya.
"Ra, ini Karang bukan?" tanyanya panik.
Mendengar nama Karang, Lara dengan cepat meraih ponsel Rea. Menyatukan alis begitu melihat postingan itu. Tidak nampak wajah, namun tubuhnya Lara kenal. Awalnya Lara tak percaya, namun saat melihat gelang yang melingkar di tangan kanannya itu, jantung Lara mencelos seketika.
Gelang biru bergantung paus di tengah. Lara yang membuatkannya saat acara bazar.
Jelas itu adalah Karang.
-
-
-
Suara mesin kopi terdengar. Pelanggan tak terlalu ramai saat ini. Diluar sepertinya agak gerimis, orang orang berdatangan untuk sekedar menikmati kopi hangat atau coklat panas, menu paling favorit untuk cuaca dingin seperti sekarang. Aige menoleh kearah pintu kaca yang nampak ramai dengan butiran butiran air hujan yang menerpa.
Pernah dengar mitos hujan dapat mengabulkan permintaan doa? Aige selalu tertarik dengan itu. Begitu awan menumpahkan bebannya, dan suara gemercik air yang turun, Aige dengan segera menyatukan kedua tangannya. Memejamkan mata dan mulai merapalkan permintaannya didalam hati. Biarkan dia dan Tuhan saja yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...