"Thanks ya udah nolongin adek gue,"
Rea tersenyum kecil, berjalan dengan gaya lakinya yang menjadi ciri khas dari dirinya. "Iya kak, sans kali kak,"
Avi mengangguk kecil, selanjutnya teringat akan sesuatu yang ingin ia sampaikan. "Emmm Re, lo kan udah tau kalo Lara adek gue. Elo...bisa rahasiain di sekolah kan?"
Mendengar ucapan itu, Rea mengangkat alisnya penasaran. Jadi Avisena sengaja menyembunyikan identitas adiknya? Kenapa?
"Lo pasti udah paham dari gelagatnya Lara. Dia ngga suka rame, kalo anak sekolah tau Lara adek gua lo paham kan gimana jadinya nanti?" jelas Avisena. Itu jadi faktor selama ini dia mewanti wanti Lara agar tak banyak orang mengenal sebagai adiknya. Tapi inti yang sebenarnya bukan itu, tapi hal lain, yang mungkin ketika dijelaskan, orang akan menganggap Avisena orang egois.
Belum sempat mengiyakan, Rea dikejutkan dengan rombongan kawanan Avi yang berjalan tak santai.
"EH TOT! JANGAN DITARIK TAS GUE!" seruan Abim terdengar, dirinya kewalahan saat si bongsor Juan merangkul pundaknya, merasa tertarik tas punggungnya itu.
"Barang endorse ya?" tanya Juan tak lupa kalau sohibnya konten kreator yang banjir endorse. "Ck bukan, tangan lo tuh gede,"
Mata Juan seketika berbinar, merasa secara tak langsung di puji karena tubuhnya yang atletis. "Wuesss iya dong, gua kemaren baru ngegym lagi. Udah nambah otot gue ya? Dah mirip Jefry Nichol," kata Juan mengangkat tangannya, memeriksa ototnya sendiri. Juan si paling narsistik.
"Dih, gue liatnya lo kaya sapi import."
"ANJJ—"
"Ternyata Karina sama Lee Jae Wook itu masih pdkt njir, berarti belom fiks pacaran kan?" Reksa dari belakang berlari hanya untuk menunjukkan artikel dating biasnya yang masih belum habis dramanya itu. Walau Juan hanya melirik sebentar tak minat merespon. Jadi lupa hendak mengumpati Abim apa pada pembicaraan sebelumnya.
Avi menoleh pada keributan di lorong koridor. Ada Juan yang memasukkan kedua tangannya dalam saku dan sesekali berusaha menendang pantat Abim yang berlari menghindar. Reksa dengan ponsel di tangannya sembari tersenyum gila, lalu Jeva yang menggebu-gebu ribut dengan Bobi yang sedari tadi rebutan nomor suster cantik yang mereka dapat saat di lobi mengurus pembayaran.
"Sorry ya temen gua kaya orang utan semua," cletuk Avisena merasa tak enak. Padahal dirinya emang dari orok seperti itu, tak tahu malu. Semuanya dari geng mereka.
"Udah biasa perasaan, geng kak Avi kan selalu banyak dibicarain sama anak sekolah," kata Rea sembari membenarkan tasnya.
Avi terkekeh kecil. "Apa yang diomongin? Gue ganteng ya?" dih, pede sekali anak ini. Rea jadi tertawa dengan decihan kecilnya.
"Vi, lo udah kabarin Aige?" Alvin muncul dengan Lara yang sudah lelap tertidur di gendongan punggung Aryan. Kasihan sekali, selama dijenguk, selama itu juga dia harus mendengarkan celotehan geng rusuhnya yang katanya berniat menghibur. Kalian tahu? Lara bahkan tak segan-segan untuk merauk wajah orang-orang yang berisik di depannya. Tapi akhirnya tetap pasrah karena betul semuanya mencletuk membuat keramaian. Sampai tak sekali duakali mereka diperingati oleh suster yang berjaga.
"Belom, gua ngga mau ganggu Aige dulu, dia cuti hari ini dirumah, demam katanya," kata Avi bergerak membenarkan jaket Lara.
Hari sudah menjelang malam, Lara akhirnya di perbolehkan pulang dengan syarat tak boleh banyak bergerak. Padahal anaknya memang anti gempa.
"Gua anterin aja pake mobil, kasian anaknya nyenyak banget tidur," Bobi menawarkan tumpangan, melirik ke arah sebelah dimana dengan damai Lara tertidur di atas punggung lebar Aryan. Seperti beruang kedinginan, gadis itu juga merangkul kedua tangannya pada leher Aryan yang sudah seperti kakak laki-lakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Novela Juvenil⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...