34. Ancaman Tak Lagi Berlaku

3.1K 214 0
                                    

Happy reading mantemansss
Jangan lupa vote & komen
Klo ada yang bingung taro aja pertanyaan di komentar wkwk
thnk yuu anak baikkk

-

-



Semilir angin sore terasa segar. Matahari saat itu hendak tenggelam, menyisakan sinarnya yang kuning keemasan menimbulkan estetika sendiri bagi pengagumnya. Sementara kedua insan itu duduk diatas rumput menikmati keindahan senja di tepi danau.

Karang berdeham kecil, menatap Lara yang melipat kakinya diam. Anak itu tampak melamun. "Kamu tau ngga, kalau danau Taman Indah ada kudanilnya?" tanya Karang. Membuat Lara menoleh penasaran. "Engga, ngga mungkin ada,"

"Ada, aku pernah liat. Dia keluar pas malem doang kalau ngga ada orang," kata Karang kembali. Lara berganti menatap danau, menelisik penasaran.

"Danau yang ada kudanilnya itu kliatan warnanya hijau kebiruan," sambung Karang kembali. Kini gadis itu dengan terang melongok, berdiri mendekat kearah danau. "Apa iya?"

Karang yang melihat itu seketika terkikik sendirian. Apakah anak itu benar percaya?

"Tuh kan ketawa, boong ya?" Lara membalikkan badannya, menatap sebal kearah Karang yang tertawa puas. "Ada Lara. Kan aku udah bilang, keluarnya pas malem doang kalo ngga ada orang," pemuda itu bangkit dari duduknya, niat menyusul gadis itu.

"KAK AWAS BOLANYA!" teriak bocah laki-laki yang tiba-tiba datang sedang mengejar bolanya. Karang dengan sigap menangkap bola yang menggelinding kearahnya. Sedangkan anak laki-laki itu menghampirinya.

"Lah Lara?" kata anak itu menatap Lara. Gadis itu menukikkan alisnya, menatap tak suka. Karang dibuat bingung jadi menatap keduanya secara bergantian. Selanjutnya merendahkan diri untuk mengembalikan bola pada si pemilik.

"Kalo sama orang yang lebih tua, panggilnya kakak," peringat Karang lembut. Menepuk kepala anak itu kecil. "Kita temenan kok,"

"Dih, ngaku-ngaku," sangkal Lara. Anak itu adalah anak koko-koko China tetangganya. Sedangkan anak itu malah mencibir, mengeluarkan lidahnya mengejek.

"Nama kamu siapa?" tanya Karang. "Cio," jawabnya.

"Kakak pacarnya dia ya? Jangan mau kak, dia galak. Temen aku aja dicakar sama dia," kata Cio mengompor. Teman yang dimaksud adalah Chacha, adiknya Alvin. Karang malah terkesiap, jadi Lara suka main sama bocah kompleknya?

"Mau kena cakar juga?!" kelakar Lara mengancam. Yang seketika membuat Cio itu cengengesan, berlindung di belakang tubuh Karang dan melemparkan wajah mengejek.

"Kak mau main bola sama aku ngga? Ayo main," Cio mendongak, menatap Karang dan menarik tangannya merengek untuk mengajak main bola. "Dih, main aja sana sendiri, ngapain ngajak pacar orang?" sewot Lara.

Karang sedikit melebarkan matanya. Apa tadi? Pacar? Apakah gadis itu sadar mengatakannya?

"Ayo kak... aku sendirian loh. Temenku udah pada pulang," digoyang-goyangkannya tangan Karang, membuat pemuda itu mau tak mau mengangguk pasrah.

"Yeyy ayo kak kesana," ucapnya girang langsung menarik tangan Karang di tanah lapang dekat sana.

Melihat ekspresi Karang yang mengkode untuk ikut, Lara mau tak mau pasrah mengekori. Melihat Karang bermain bola dengan Cio sementara dirinya duduk diatas rumput menyimak permainan mereka. Awalnya Lara merasa kesal, tapi lama kelamaan melihat ekspresi girang Karang membuatnya sedikit terenyuh. Ia jadi terhanyut dengan keindahan seorang Karangga Elbar Hysi.

Sea For Blue WhalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang