Bab 15 (Bagian A)

4.5K 673 257
                                    

Kabut yang dulu mengaburkan pandangan itu kini membutakan. Menumpulkan penglihatan.

Menghantamnya dengan kenyataan bahwa Ia harus merelakan. Dan meninggalkan serpihan hatinya menjadi kenangan.

***

Wanita itu turun ke dapur dan membuka rak makanannya. Mencari-cari apa yang dibutuhkannya untuk bisa tetap terjaga dan melanjutkan persiapan bukti perkara kliennya yang naik banding besok. Akhirnya, Ia menemukan yang dicarinya, kotak kardus kopi karamelnya, yang ternyata kosong.

Wanita itu mengela nafas, sia-sia Ia menempelkan memo kecil bertuliskan "Mom's Possession" di sisi depan kardusnya. Ia yakin, kemarin malam masih tersisa satu bungkus kopi karamel di kotak ini. Siapa yang mengambilnya?

Mbak Lilis? Yang anti dengan segala jenis kafein yang katanya bisa membuat umurnya memendek? Tidak mungkin. Suaminya? Yang jelas-jelas lebih menyukai kopi hitam pekat? Tidak mungkin. Kalau bukan mereka, berarti... Wanita itu membuang kotak kosong di tangannya, keluar dari dapur, melewati ruang tamu dan menaiki tangga menuju kamar anak semata wayangnya.

Ia mulai mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Mana mungkin anaknya sudah tidur sebegini awal? Ia mengetuk lebih keras, mengangkat bahu karena tidak mendapat jawaban dan akhirnya memutuskan untuk membuka kenop pintu di depannya.

Wanita itu mengerutkan kening, tidak terlihat tanda kehidupan disini. Tapi... Ia mengedarkan pandangan dan melihat pintu menuju balkon terbuka. Ia melangkah pelan menuju balkon. Dan melihat anak lelaki semata wayangnya sedang duduk memunggunginya, serius memperhatikan ponsel, menghela nafasnya lalu meletakkan ponsel itu di meja balkon yang terletak di antara tempatnya duduk dan satu bangku lainnya.

Wanita itu melihat lebih jauh. Lalu menemukan sebuah cangkir yang terletak di dekat ponsel anaknya tadi, dia tau aroma isi cangkir itu. Kopi karamel. Wanita itu tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala, lalu menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu balkon dan mendekap tangannya di dada.

"Ash?"

Ashton tersentak, lalu menoleh ke belakang, terkejut mendapati siapa yang berdiri disana. "Mama?"

Wanita itu tersenyum kecil. Membatin dalam hati apa anaknya ini sedang melewati masa transisi akil baliq atau apa, sehingga akhir-akhir ini bertingkah seperti otak linglung.

"Sejak kapan kamu minum kopi?" Tanya wanita itu, lalu mulai berjalan dan duduk di bangku satunya, yang kosong. Ashton cuma mengangkat bahu.

"Ash, jangan sampai mama tau kamu pakai..."

Ashton menatap mamanya sedikit kesal, "ya ampun, Ma, percaya deh. Aku gak lagi pakai obat atau apapun yang mama pikirin."

"You acting weird, latety. You know?"

Ashton menatap ke depan lagi. Melamun menatap langit di atasnya. Menghela nafas pelan. "Ma.." Ucapnya pelan.

"Hm?" Tanya wanita itu, yang memutuskan meneguk kopi karamel Ashton yang tergeletak di meja. Ya, daripada dia tidak minum kopi itu sama sekali.

"Pernah gak mama gak mendapat sesuatu yang mama inginkan?"

Mama Ashton mengerutkan kening, "maksudnya?"

"Mama terlanjur sayang, bukan hanya sekedar ingin, pada sesuatu. Tapi ternyata sesuatu itu bukan buat mama.." Ujar Ashton setengah melamun.

Uh-oh. Mama Ashton mulai mendapatkan maksud Ashton dan mulai menyadari kenapa Ashton sering bertingkah aneh akhir-akhir ini. Anak lelakinya itu sedang jatuh cinta.

"Oh, jadi ini masalah cewek? You are in love, aren't you?"

"Ma..." Ashton memutar bola matanya.
Mama tersenyum kecil, lalu bangkit dari duduknya, mengusap sayang kepala anak laki-lakinya yang sudah beranjak dewasa. "Gak semua yang kamu inginkan, akan kamu dapatkan, Ash. Sekalipun saat kamu sudah memiliki semua hal lain di dunia kecuali dia."

Love Command [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang