Bab 22 (Bagian B)

3.5K 508 430
                                    

Frisca menggigit Chocolate Pretzel Auntie Anne's nya pelan-pelan. Meresapi kerenyahan bagian luar dan kelembutan bagian dalam adonan kue asing berbentuk pita dilapisi coklat beku hangat yang meleleh di mulutnya itu.

"Aaaah! Enaaak!" katanya sambil mengecap lidah. Baru sekali merasakan kue selezat ini. Biasanya kan gadis itu Cuma makan kue talam atau kue cucur yang walau juga enak tapi tak ada elit-elitnya itu. Hehehe.

Frisca menaruh sisa pretzel ke dalam bungkus kertas yang tergeletak di atas meja lalu menghirup bubble drinknya. Ia tersenyum senang-senang norak saat menelan bulatan hitam kenyal yang terasa licin di lidahnya. Makanan orang Jakarta memang aneh-aneh (dan enak-enak) ya.

Frisca mengambil pretzelnya, baru mau mulai menyuap Ia tiba-tiba menurunkan kue itu lagi. Frisca mengedarkan pandangan jauh dari gerai penjualan bubble drink yang disinggahinya. Mencari-cari Calum yang tadi katanya mau ke toilet. Kenapa lama sekali?

Frisca mengangkat bahu sendiri lalu melahap kue di tangannya dengan barbar. Dasar Calum, batinnya, ngelamun dari awal minggu kirain mau ngajak ke tempat apa gitu eh tau-tanya ke mall juga. Ah, rupanya Frisca masih percaya alibi Calum.

Hingga pretzelnya tandas, Calum belum muncul juga. Frisca mulai bergerak cemas di bangkunya. Masa iya Calum sejahat itu sambil meninggalkannya disini? Mana Frisca belum pernah ke pusat perbelanjaan sebesar ini pula. Duh gawat.

Mata Frisca menjelajahi tiap jejak pantulan kaca dari gerai lain di sekitarnya. Ia mulai mengedarkan tangannya ke meja untuk mengambil bubble drink sambil terus celingak-celinguk.

Tiba-tiba sepotong tangan menyambar melewati wajahnya dari atas, merebut gelas plastik minuman miliknya tanpa ijin.

Frisca menengadah ke atas, melihat rahang Calum bergerak gerak menyesap minuman tadi sambil berdiri di belakang bangkunya. Calum menurunkan pandangan, menyentil pelan ujung hidung Frisca yang sedang mendongak. Ia masih menelan bubble tanpa tampang berdosa, lalu mendorong puncak kepala gadis di depannya ke posisi normal lagi.

Frisca menggaruk ujung hidungnya yang disentil Calum. Belum sempat memprotes, pemuda itu sudah menarik tangannya memasuki sebuah ruangan coklat berpintu kaca di dekat situ. Spontan Frisca mengendus begitu menjejak kakinya. Wangi khas ruangan itu sedikit menggoda. Campuran wangi berondong jagung dan kopi susu. (Popcorn dan Cappucino).

Frisca yang tinggal di kampung jauh lebih lama dari di kota jelas bingung. Apaan sih ini? Café gitu ya? Batin gadis itu saat melihat food menu bar terpampang besar-besar di depan sana. Eh, tapi kok ada tempat mainan gamenya? Frisca heran melihat sub-ruangan berisi belasan game machine yang baru dilewatinya.

"Kita nonton yang itu ya," Calum menunjuk sebuah reklame kecil yang menempel mesra di salah satu dinding beledu merah. Tangannya masih menggenggam tangan Frisca, sementara tangan lainnya tanpa sadar Ia masukkan ke saku blazernya.

"Hah? Nonton?" tanya Frisca. Ini tempat apa sih emangnya? Terus itu reklame apa? Hun .. Hunger Games The Movie. Movie. Movie? Oh ini tempat nonton itu ya? Biskoskop?Atau apa ya?

"Kita mau nonton di biskoskop?" tanya Frisca lalu tiba-tiba merasa mendapat pencerahan "eh maksudku bioskop," sanggahnya sedikit malu, sudah menemukan kata yang benar.

Ia menoleh ke arah Calum, menunggu semburan tawa dan celaan yang kira kira berbunyi : 'Bi-os-kop. Tuh tahuuu. Biskoskop apa coba? Bis baru jurusan cikokol?' dari pemuda itu.

"Cal?" Frisca mencolek Calum yang terlihat sedang terperangkap dalam dimensi berbeda.

"Hmm," Calum terkesiap pelan, lalu menoleh ke arah Frisca yang sedang memandanginya cemas. Dua mata bulat membesar itu seakan sedang menyelidik, menembus kertas rahasia yang kini diremasnya kuat-kuat dalam saku blazernya.

Love Command [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang