Bab 17 (Bagian A)

4.4K 590 174
                                    

                  

Rintangan, adalah lawan yang harus dikalahkan yang membuat kita bertahan.

***

Waktu pun memicu, berlari tanpa ragu dan sejurus kemudian berlalu. Hitungan hari sudah mencapai angka ketujuh, saat minggu akhirnya menasbihkan diri sebagai penghujung liburan tengah semester bagi seluruh siswa Season High. Melemparkan mereka kembali kepada rutinitas membosankan namun penting yang harus dihadapi.

Minggu petang itu, kediaman keluarga Hemmings nampak lebih sibuk dari biasanya. Para pelayan dengan seragam hitam andalan mereka berlalu-lalang di sekitar dapur hingga aula besar, sedang melapisi meja-meja dengan kain bercorak abstrak, menumpukkan serbet-serbet kertas dan piring-piring keramik berwarna gading serta menyalakan chandelier yang terletak di sudut-sudut.

Berbagai pastry berukuran sekali telan ditata di atas nampan-nampan cantik, mangkuk-mangkuk besar kaca diisi fruit punch dan bermacam hidangan utama (sebagian besar menu non fattening, memperhitungkan mereka yang sedang diet ketat) dimasukkan ke dalam baki-baki perak jumbo untuk diatur secara prasmanan. Rupaya hari itu adalah jadwal pesta socialite yang akan dihelat di kediaman Hemmings. Berhubung Luke sedang berada di Paris, Calum lah yang didaulat (secara terpaksa) sebagai tuan rumah.

Di meja tengah dapur, seorang gadis manis dibantu dua orang lainnya tampak sedang sibuk menuangkan cocktail ke dalam ratusan collin glass yang akan dihidangkan sebagai welcome drink.

Frisca sedang mengisi gelas kedua puluh, saat Bi Rahmi tiba-tiba menyuruhnya menghias puluhan cupcake polos berwarna-warni di atas sebuah nampan panjang yang terletak di meja marmer dapur yang menempel ke tembok, di dekat pintu.

Frisca dituntut menggunakan sumpit untuk mengambil topping cupcake lalu meletakkannya di atas kue-kue mungil menggemaskan itu. Karena tidak terbiasa menggunakan sumpit, honeystar atau chocochip yang disumpitnya kadang melompat kemana-mana sesukanya.

Tepat pada saat itu, sesosok tubuh tinggi memasuki dapur. Sosok itu tersentil salah satu chocochip yang sedang melompat indah hingga chocochip itu menempel di bagian bawah matanya dan menyebabkan sekarang tampak bertompel.

Frisca melotot takut sambil berusaha menahan tawanya, "Sorry.." ucap Frisca, lalu mencopot chocochip itu dari wajah Calum, Frisca langsung merasa cupcakenya itu butuh sekali diperhatikan sehingga Ia meneruskan pekerjaannya dengan tampang tak bersalah.

Calum merengut. Ia menyandarkan pinggangnya pada meja marmer hingga posisinya kini berlawanan arah dengan Frisca, sambil memperhatikan gadis itu dengan tekun menghias cupcakenya.

Frisca memajukan wajahnya, berniat menghias salah satu cupcake yang terletak di pojok nampan, agak jauh dari posisi tubuhnya saat tiba-tiba sepotong tangan, iseng mengambil cupcake yang akan dikerjakannya.

Frisca mendengus kearah Calum yang sedang melahap cupcake tadi tanpa rasa bersalah.

"Kenapa?" tanya Calum sambil mengangkat alis. Calum melahap sisa cupcake lalu terbatuk pelan. Ia membersihkan tenggorokannya lalu berkata agak lantang "Gak ada yang nyediain saya minuman nih?"

Frisca menatap Calum tidak percaya. Dasar orang gila. Frisca menghentikan pekerjaannya sejenak, lalu melihat sekelilingnya. Para pelayan yang sedari tadi sibuk menyiapkan segala untuk pesta kini sedang mengerubungi lemari pendingin. Mengambil berbagai macam minuman lalu meletakkannya di atas baki panjang untuk dipilih oleh Yang Mulia Calum, seperti biasa.

Calum mengambil sekaleng moccachino dingin dengan angkuhnya, saat baki itu disodorkan ke hadapannya. Calum membuka penutup kaleng, menyesapnya sedikit lalu memandang Frisca, "Mau?"

Love Command [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang