Michael menempelkan student card ke mesin absen tanpa semangat. Sambil menguap pelan, Ia berlari kecil lalu menyusup memasuki pintu elevator yang mulai menutup.
Michael menelaah isi alat angkut modern itu sekilas. Tidak begitu penuh. Ia tersenyum kecil saat seorang gadis yang dikenalnya mendesis memanggil "Ssst."
Ia melangkah ke sebelah Frisca, lalu tiba-tiba mengedarkan pandangannya lagi seakan mencari-cari.
"Ngapain kamu celingak celinguk?" tanya Frisca sambil mengerutkan kening.
Michael menatap Frisca, mengangkat alisnya iseng "Mana laki lo?"
"Yeh," tanggap Frisca sambil memalingkan muka, mendengus sekilas.
"Kenapa lagi lo sama dia?" ujar Michael sambil mencolek bahu Frisca.
Gadis itu menoleh kesal, "Kenapa apanya?"
Michael tertawa pelan. "Aelah. Emang semua orang gak bisa liat apa 'pasangan kontroversial' kita lagi diem-dieman gitu? Perasaan udah jadi sinetron mingguan sekolah deh liat on-off-on-off nya hubungan lo sama dia. Bentar bentar kayak romeo juliet. Bentar bentar kayak nobita sama giant."
Frisca diam saja. Tidak tahu mau menanggapi apa.
Michael ternyata masih menyambung lagi "By the way, gue masih bingung. Kok lo bisa jadian sama dia sih?" tanyanya dengan pandangan menyelidik.
Frisca akhirnya hanya menghela nafas "Kehendak Tuhan kali," jawab gadis itu sekenanya, lalu mencoba mengalihkan pembicaraan "Eh. Sifa mana?"
Michael mengangkat bahu sekilas "Kayaknya gak masuk lagi. Papanya kan baru dirujuk ke rumah sakit lain katanya. Kasian juga sih sama Sifa. Jadi ketinggalan pelajaran. Belakangan juga program OSIS jadi Riko yang megang," jelas Michael, menyebut nama Wakil Ketua OSIS Season High.
"Oh umm.. Emang papanya Sifa sakit apa sih? Kok belum sembuh?" kata Frisca, merasa sedikit bersalah sebenarnya karena baru menanyakan hal sekrusial itu sekarang.
"Stroke, Ca. Kemarin itu udah dirawat jalan di rumah soalnya udah baikan. Tapi katanya dua hari yang lalu tensi papanya naik tinggi banget jadi harus dibawa ke rumah sakit takut gawat."
"Oh," Frisca menunduk pelan "jadi kangen sama Sifa."
Michael tersenyum kecil, "Gue juga belum sempet jenguk lagi sih. Belum tau juga rumah sakit barunya dimana. Gatau tuh, kenapa tu bocah jadi susah dikontak malahan sekarang."
Frisca mengangguk mengerti, "Nanti kalo kamu udah tahu, sms aku ya?"
"Gampanglah," tukas Michael menyanggupi.
Akhirnya terdengar bunyi 'ting' pelan saat elevator mendarat di lantai tiga. Michael mengedikkan bahu, mengisyaratkan Frisca untuk turun.
Michael dan Frisca berjalan bersama menuju kelas mereka. Tak lama, beberapa meter sebelum sampai di pintu kelas, Michael menghentikan langkah dan memegangi perutnya "Duh,"
"Kenapa?" Tanya Frisca sambil mengernyit.
Michael meringis "Mother nature is calling.."
Frisca masih mengerutkan kening ketika Michael tertawa, "Intinya gue kebelet. Duluan sana." Ujarnya sambil menepuk pundak gadis itu.
Setelah melihat Frisca mengangguk dan meneruskan perjalanan, Michael melangkah cepat sambil menepuk perutnya yang bergolak. Nampaknya bubur Bun Ong yang tadi pagi Ia santap tak betah bertahan lama-lama di pencernaannya.
Michael mempercepat laju jalannya lalu mendorong pintu toilet yang Ia tuju. Bergegas menuju salah satu bilik yang terbuka untuk menumpas pemberontakan terhadap kehirarkian bubur Bun Ong yang menjajah lambungnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/74953019-288-k769117.jpg)