Bab 7

4.8K 772 404
                                        




Gila. Apa yang harus dia lakukan nih? Gak lucu dia mengeluarkan keahliannya memanjat disini, bisa-bisa dia dikira titisan Sun Go Kong, padahal biasanya dia bangga dengan kepandaiannya satu itu, yang membuat dia menjadi juara panjat pinang abadi dan tak tergoyahkan di kampungnya dulu.

Frisca memancarkan tatapan membunuh ribuan volt kearah Gabby. Andai tatapan bisa membunuh, pasti sekarang Gabby sudah berdarah-darah akibat tatapan maut Frisca. Gabby merasa di atas angin sehingga dia masih bisa menatap Frisca dengan merendahkan, padahal dalam hati dia jiper juga sih.

Peraturan pertama kalau dipermalukan, gak boleh kelihatan kalah, pikir Frisca. Stay cool, kalo kata film-film. Frisca memandang Sifa yang sedang menatap cemas kearahnya. Aduh, dimana sih Michael dalam keadaan genting begini? Menelpon suruh ke bawah, dianya sendiri malah ngibrit.

Frisca menatapi orang-orang di belakangnya yang masih menunjuk-nunjuk blazer dan kemejanya. Kejadian aneh kayak gini kok seneng banget? Dijadiin tontonan pula. Orang kota udik juga kali, pikir Frisca kesal.

Frisca menatapi dengan seksama baju seragamnya. Itukan baju pemberian Tuan Luke. Ergh, kalau baju itu dipasang di cantolan yang biasa buat ngerek bendera sih gampang nuruninnya. Nah ini loh, bajunya benar-benar digantung di ujung, diikat ujungnya. Benar-benar.

Frisca menatapi Gabby dari atas sampai bawah. Gak mungkin model cewek begini manjat-manjat. Think smart, Frisca..

"Apa-apaan ini?" seorang guru bertubuh jangkung datang. Frisca belum pernah melihat bapak ini, mungkin karena dia belum mendapat pelajarannya.

"Siang, Pak." Jawab Frisca yang hanya dijawab tatapan ketus oleh guru itu. Galak amat.

"Apa ini yang ditonton? Hah?" guru itu berkacak pinggang kearah Sifa.

Sifa yang ketakutan Cuma menunjuk kearah tiang bendera, dimana blazer dan kemeja Frisca masih berkibar mengikuti hembusan angin.

Bapak itu melotot marah, Ia memperhatikan Frisca yang memakai seragam olahraga, "itu seragam kamu?"

Frisca mengangguk takut.

"Kok bisa ada di atas situ?"

"Saya gak tau, Pak."

Bapak itu mengalihkan pandangannya kearah murid-murid yang masih bergerombol, "ini tuh penghinaan kepada Sang Saka Merah Putih tau tidak kalian semua? Bukannya dibantu diturunkan, malah diketawain. Kalian tidak tau untuk mengibarkan bendera pusaka kita itu dibutuhkan perjuangan yang tidak sebentar dan tidak gampang?"

Waduh, tampaknya beliau ini guru Kewarganegaraan. Parah.

"Bubar semua bubar! Tidak lucu ini semua." Kata guru killer ini, membuat semua ketakutan lalu beranjak satu persatu.

Frisca memperhatikan Gabby yang sudah hilang entah kemana. Kurang ajar cewek itu, malah kabur.

Sang guru Kewarganegaraan melipat tangannya di depan bahu "gimana ini baju kamu?"

Frisca mengangkat bahu, dia juga tidak tau.

Guru itu memperhatikan posisi tiang bendera yang ujungnya terletak tidak jauh dari serambi lantai 3. "Kamu, ke lantai 3 sekarang. Cari cowok dekat situ, minta tolong lepasin seragam kamu. Jangan kamu sendiri, nanti jatuh, jangan lama-lama."

Frisca langsung ngibrit menuju pintu gedung. Ia masih bisa mendengarkan gumaman sang guru "penghinaan. Anak jaman sekarang."

Frisca bergegas menuju elevator dan beranjak ke lantai 3 menyusuri koridornya. Cowok terdekat. Hm.. untung ada. Frisca melihat siluet seorang cowok yang sedang menatap ke bawah lewah beranda yang Ia tuju. Ya elah, kok Calum sih?

Love Command [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang