Frisca menutup pelan kamar Luke. Saat itu waktu hampir menunjukan pukul delapan malam. Cukup lama Frisca mengobrol bersama Luke di dalam sana.
Frisca bergegas menuruni tangga untuk kembali ke kamarnya, saat tiba-tiba Ia berhenti dan menepuk jidatnya. Oh iya, masih ada tugas dari Luke. Frisca memonyongkan bibirnya. Tugas yang lebih susah daripada memberi makan macan lagi.
Ia beranjak ke depan kamar Calum. Gambar tengkorak dan poster 'ENTER WITH YOUR OWN RISK!' itu kembali menciutkan mentalnya. Padahal, isi kamar ini jauh lebih seram daripada depannya.
Oh iya, dia kan udah disuruh jauh-jauh dan gak boleh masuk ke kamar ini lagi. Yah, terus gimana dong? Haduuuuh.
Frisca memberanikan diri dan mengetuk pintu kamar Calum. Kalau dia gak boleh masuk, biar saja dia ketuk-ketuk sampai orangnya buka pintu sendiri.
Tok.. tok..
Calum sedang tiduran diranjangnya, kembali membuka majalah otomotif edisi terbaru yang dikirim ayahnya dari Paris, ada mobil tipe terbaru yang ingin dibelinya. Belum ada di Indonesia. Dia harus jadi orang pertama yang memilikinya. Bodo amat urusan birokrasi bawa membawa kesininya ribet. Dia sih terima beres.
Tok.. tok..
"Masuk.." teriak Calum malas beranjak. Ia sedang meneliti lagi spesifikasi mobil yang diingininya itu.
Tok.. tok..
"Masuk budek! Siapa sih?!" teriaknya kesal.
Tok.. tok.. ketukan pintu itu makin tidak sabar.
"Ck, sampe ini salah satu babu, gue pecat nih." Calum menghentakan kakinya dan beranjak dari ranjangnya, lalu membuka pintu.
Astaga, pelayan ini lagi.
"Udah gue suruh masuk juga, budek lo?"
Cewek itu menghela nafas kesal, air mukanya berkedut lucu. Aneh, Calum jadi gak bisa marah, tapi tetap aja dong dia jaga wibawa.
"Kan waktu itu Tuan bilang saya gak boleh masuk sini lagi."
Calum mengangguk-ngangguk, "bagus kalo lo inget" padahal dia sendiri lupa sih. "Mau apa lo?"
"Tuan dipanggil Tuan Luke."
Calum mengernyitkan dahinya. Kok kayaknya pelayan satu ini deket banget sama Luke. Hmm.. Engga. Dia gak cemburu kok, gak level sama pelayan, hanya penasaran.
"Yaudah." Calum menutup pintu, berniat ke toilet dulu.
Hah? Frisca mematung diluar. Mau ke kamar Luke atau gak sih nih orang? Tau ah, yang penting dia udah ngomong.
***
Calum tidak bisa tidur. Insomnia sialan itu kembali menyerangnya. Ngapain ya? Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Calum menghela nafas, Ia melirik jam di sebelahnya. Hampir jam 12 malam tepat.
Ia memutuskan tidur-tiduran di ranjang empuknya. Aduuuh, tetep aja gak bisa. Calum kembali duduk di ranjangnya. Sebuah pikiran terlintas di benaknya. Kejadian tadi sore. Luke menjelaskan soal keberangkatannya besok ke Paris.
Ck, kenapa Luke harus pergi juga sih? Rumah sebesar ini lama-lama bisa jadi kastil Frankenstein, saking sepinya.
Calum beranjak dari ranjangnya perlahan, manyun. Ia menuruni keempat tangga kecilnya lalu menuju meja panjang di kamarnya. Ia menatapi beberapa foto yang menghiasi meja itu. Tidak beberapa banyak. Dia tidak memasang semuanya. Sebagian besar mengungsi ke kamar Luke.
Foto-foto itu adalah foto dari perjalanan wisata ke luar negeri masa kecilnya yang begitu.. hmm.. bisakah dibilang indah? Mungkin iya untuk sebagian orang, melihat Calum dan Luke kecil bersama orangtua mereka di tengah hamparah putihnya salju, di depan globe besar Universal Studio Amerika, bersama badut Mickey Mouse di Disneyland, di depan Colosseum dan foto di beberapa objek terkenal lainnya.