Part 26

1.3K 35 0
                                    

Nafsu gue yang awalnya selalu membara saat dekat emil, perlahan lahan hilang berganti rasa untuk menjaga bukan untuk merusak.

“belum saatnya mil lo atau gue mendapatkan hal yang lebih” seru gue dalam hati.

Gue dan emil memutuskan untuk berhenti main ps, dan menonton koleksi film film yang emil punya. Gue mengajak emil untuk menonton di ruang keluarga, dengan alasan TV nya lebih besar jadi lebih asik aja berasa nonton layar tancep di lapangan saat 17an. Sebenarnya gue ga ngerti itu film apa, karena ceritanya tentang kehidupan remaja remaja cewe gitu. Dan ini pertama kalinya gue nonton film bergenre kaya gini.

“mil, gue boleh tanya?”

“tanya apa sayang?” seru emil

Gue mengernyitkan dahi keheranan, manis banget ini anak biasanya ngeselin

“waktu gue nembak lo, apa yang bikin lo nerima gue?”

“ya karena dari awal gue udah ‘suka’ sama lo” suara emil kali ini lebih manis

“ohh... trus knp lo bisa suka sama gue?”

“mungkin gue khilaf”

emil tertawa

"bangke lo mil" gue ikut tertawa

Emil menggenggam tangan gue erat dan matanya terpejam. Gue ga tau maksudnya apaan.
Pernyataan dari emil mengganjal pikiran gue. 'suka’ kl suatu hari emil udah ga suka sama gue, emil pasti ninggalin gue. Dan jika saat itu tiba, apakah gue bisa menerimanya?

Ga terasa udah jam 19.50, banyak juga ternyata film yang udah kita tonton. Gue pun meminta emil untuk bersiap siap, karena gue tau emil kl dandan lama banget.

“siap siap Mil, mandi dulu sana, badan lo bau acem” goda gue

“yee bau tapi deket deket” emil masih tetep bersender ke tubuh gue

“mandi dulu sana” gue berusaha membangunkan tubuhnya

“gendong dong” pintanya manja

“buruan mandi dulu” gue menggelitik pinggangnya emil

“hahahaha...iyyaa...iyaaa..ampun” emil mahan tangan gue dan bangkit dari duduknya “mau ikut ga?” emil menyolek dagu gue dengan centil

“buruan sana” gue melempar emil dengan bantal kecil

Sembari menunggu emil mandi, gue pun bersiap siap. Gue mengganti pakaian yang gue pakai dengan pakaian yang gue taro di tas. Gue memakai kemeja tangan panjang dengan celana jeans. Jam 20.40 emil keluar dari kamarnya. Malam ini emil terlihat anggun banget. Dia memakai dress berwarna merah hati dengan memakai stocking hitam.

“couple..couple” emil menyenggol nyenggol pinggang gue dengan sikunya

“maksudnya?”

“warnanya” emil menyocokan warna dressnya dengan kemeja yang gue pakai

Dari rumah emil gue pergi dengan taksi. Somad, juki, dan ali daritadi bergantian menelpon gue. karena gue dan emil datangnya ngaret. Sesampainya di WE, gue dan emil ga turun dari taksi, malahan somad, juki, dan ali ikut naik ke taksi ini. Emil duduk di depan, sementara gue berempat harus berdempet dempetan di bangku belakang.

Sekitar 40 menit kita sampai di ‘eyang naga’. Karena keadaan masih sore, kita memutuskan untuk karoean dulu di lantai 2. Selesai karokean baru kita naik ke lantai 4. Ini pertama kalinya gue menginjak club, dan gue ga tau apa yang harus gue lakuin. Kita berlima mencari table kosong, lucunya saat kita ingin memesan sesuatu gue meminta somad untuk mencari waiter nya.

Gue perhatikan orang orang yang di sebelah meja kita, mereka menyalahkan korek dan waiter datang menghampiri. Gue pun mencobanya. Biar ga malu malu banget takut gue salah tafsir tangan kiri gue memegang rokok, jadi kl penafsiran gue salah ya gue pake buat bakar rokok. Dan bener aja ga lama korek gue menyala seorang waiter datang menghampiri. Dan gue baru tau kl itu kode memanggil waiter. Sebelumnya gue berpesan ke yang lain, kita jangan sampai over. Ini tempat baru buat kita. Kita pun hanya memesan 1 pitcher long island dan 1 pitcher beer putih.

Tujuan kita kesini bukan untuk teler, kita kan Cuma mau mencoba dunia baru. Somad, juki, ali maju ke dance floor dan berjoget heboh mengikuti irama musik. gue dan emil masih tetap duduk sambil memperhatikan tingkah mereka bertiga. Ali menarik gue untuk ikut bergabung dengan mereka, dan gue pun menarik emil. Sayang aja udah dateng Cuma duduk duduk doang, jadi ya joget aja walaupun gerakannya caur. Kedua tangannya emil melingkar di pundak gue dan dia mulai menari nari di depan gue. Ga tau berapa lama kita berjoget berjoget, hingga akhirnya kita memutuskan untuk pulang karena kecapean.

Mulai malam itu clubbing seperti menjadi candu untuk kita berlima, gaya hidup gue pun berubah menjadi hedonisme. Setiap akhir pekan kita jadi sering clubbing, bahkan tak jarang gue dan emil pergi berdua setiap jum'at malam untuk clubbing dan sabtu malamnya pergi lagi berlima.

Gaya hidup gue pun bikin dompet gue ngap ngapan. Gimana engga, penghasilan belum punya tapi pengeluaran gila gilaan. Maka tak jarang gue jadi sering ngebohongin emak gue, bilang buat bayar inilah, beli itu lah cuma buat dapat uang untuk clubbing. Bahkan uang bulanan yg diberi kak vina biasanya dalam sebulan selalu ada sisa, sekarang paling lama bertahan hanya untuk 3x pergi ke club.

Koleksi lagu lagu gue pun mulai bergeser. Yang awalnya keping kepingan dvd dan kaset bajakan yang gue punya di dominasi lagu lagu bergenre punk rock & acoustic, kini berubah jadi house music & remix..

'Ladies Night' kata kata itu seperti racun buat gue. Gue sendiri pun ga tau maksud dari kAta LN itu apa. Yang gue tau setiap gue menolak untuk pergi, somad, juki, ali selalu menjadikan kata LN untuk membujuk gue "entar malem LN bro" Padahal gue yakin banget kl gue bertanya balik maksud dari LN itu apa mereka ga akan bisa jawab.

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang