Part 101

1.2K 40 0
                                    

Saat rasa itu datang menyerang, siapapun takan mampu tuk berkata tidak. Ga ada yang bisa mengendalikan perasaan. Di satu sisi, kadang gue merasa sangat jengkel dengan anne. Tapi di sisi lain, gue merasa sangat menyayanginya. Sifatnya, tingkahnya, dan semua yang ada pada dirinya membuat gue begitu menyayanginya. Aneh, rasa jengkel yang terkadang muncul malah membuat rasa cinta dan sayang gue bertambah untuknya.

Gue teringat percakapan singkat dengan mas danu. Ada dua orang wanita dengan kepribadian yang berbeda. Yang satu kalem, manis, santun, tipikal wanita idaman dan totaly perfect dan yang satunya lagi sangat bertolak belakang dengan wanita yang pertama. Tapi, terkadang selalu ada saja hal yang membuat seseorang lebih memilih tipe yang kedua. Berpikir orang tersebut ga waras karena memilih tipe yang kedua dan meninggalkan tipe yang pertama? Engga, lo yang ga waras !! lo ga akan pernah tau rasanya sampai lo merasakannya. Orang yang benar benar merasa cinta dan sayang tidak hanya melihat dari satu sisi. Karena itulah yang namanya pure love, dimana mata hati lebih banyak melihat dibandingkan dengan mata telanjang.

Karena cinta dan sayang, adalah menerima apa adanya dan saling melengkapi layaknya dua kutub magnet yang berbeda. Tanpa harus mempunyai alasan mengapa kita bisa cinta dan sayang ke orang tersebut. Anne, wanita yang menyadarkan gue akan hal ini. Gue ga munafik, buat gue fisik itu memang penting. Gue selalu memandang seorang wanita awalnya pasti dari fisik. Dan gue yakin ini bukan Cuma gue.

Tapi seiring berjalannya waktu, semakin dalam gue mengenal dia, ada hal lain yang membuat rasa sayang gue semakin dalam untuknya. Tingkahnya yang terkadang aneh dan gila, rasa perhatian yang diberikannya dengan cara berbeda dari yang lain, and everything in her self is the best of all possible worlds.

Pagi ini hujan turun dengan derasnya. Biasanya saat hujan turun, udara kota bandung pasti bertambah dingin. Tapi kali ini atmosfir di dalam kamar gue mendadak menjadi hangat berkat hadirnya seorang wanita. Anne, dia tertidur pulas di samping gue. kepalanya bertumpu di dada gue, tangan kanannya melingkar memeluk gue.

Beberapa hal yang belum gue pahami. melihatnya seperti menemukan sesuatu di diri gue yang telah lama hilang, mencintainya adalah sesuatu yang berbeda. Entahlah, gue sendiripun ga bisa mengungkapakanya lewat kata-kata. Dalam diam gue berdoa, jika memang benar kau orangnya, tulang rusukku yang terpisah lama, semoga tuhan tak lagi memisahkan kita.

Kemarin sore, saat gue terbangun anne udah ada di dalam kamar gue. gue sedikit terkejut anne bisa ada di kamar gue. gue ga tau gimana caranya dia bisa masuk, padahal gue ga melepas kunci dari lubangnya.

“kok lo bisa masuk?”

Anne menaik turunkan alis. Kayanya dia ga denger apa yang gue omongin. Soalnya kupingnya disumpel earphone

Gue menarik earphonenya

“kok lo bisa masuk?” gue bertanya kembali

“itulah hebatnya gue”

Gue melirik jam dinding sembari memegangi perut. Pantas aja gue kelaperan, ternyata udah hampir jam enam.

“tuh di meja ada nasi bungkus”

Gue berjalan menuju meja. Tapi ga mengambil nasi bungkus tersebut. Sedikitpun gue ga mencoleknya. Gue malah mengambil sebungkus rokok dan membakarnya sebatang. Lalu gue berjalan menuju teras depan. Gue kan lagi sebel sama anne, gengsilah kl gue makan nasi bungkusnya

Anne ikut ke teras depan dan duduk disamping gue

“jelek ah, marah marah mulu”

“.....”

“nte, malem mingguan yuk. Ada motornya mang ujang tuh di bawah”

“.....”

“atau kita ajak mei dan rahman biar tambah rame”

“....”

“motornya mang ujang baru loh. Yuk muter muter pake motor barunya mang ujang”

“kkrrriiiuuukkkkkkk”

Anne tertawa lebar mendengar perut gue yang berbunyi. Sialan nih perut ga bisa diajak kompromi. Anne berjalan menuju kamar gue dan keluar kembali membawa nasi bungkus

“nih makan dulu” ucapnya sembari membuka nasi bungkusnya

Mencium aromanya bikin gue tambah kelaperan. Persetanlah sama gengsi. Perut is number one hahaha

Anne senyum senyum ga jelas ngeliat cara gue makan

“santai aja mas makannya”

“seret, minum dong ne”

Anne berjalan ke dalam kamar gue dan kembali membawa segelas air putih

“abis ini keluar yuk” ajak anne

“males. Gue lagi sebel sama lo !!”

“ayolah, nte”

“males ah”

Anne mengambil nasi bungkus yang lagi gue makan

“lah kok diambil?”

“lo mau keluar atau ini gue buang?”

“dih ga ikhlas banget ngasihnya”

“ga ada yang gratis mas. Kencing di terminal aja bayar”

“yaudah gue bisa beli sendiri” gue beranjak ke dalam kamar gue untuk mengambil dompet

Tak lama gue kembali ke teras depan dan gue dapati anne sedang memegang dompet gue

“mau keluar ga?” tanya anne dengan raut wajah yang kampret bener

Gue mendengus pelan. Gue nyerah dah kl udah kaya gini

“lo mandi dulu sana. Gue selesai makan jadi lo udah rapih”

“gitu dong” anne menepuk pelan pipi gue pakai dompet gue. lalu menaruhnya di samping gue. kemudian beranjak menuju kamarnya

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang