Part 91

1.2K 39 1
                                    

sore hari gue baru terbangun. itupun berkat sedikit guncangan dari anne. gue terduduk malas dengan masih bersender di batang pohon.
anne menggerutu ga jelas apa yang dia omongin. gue ga denger karena gue masih ngantuk banget, ditambah pala gue jadi pening karena tidur yang cuma sebentar.

dengan keadaan yang sangat mengenaskan, gue berjalan meninggalkan pantai karang bolong. karena keadaan yang belum sepenuhnya sadar, terkadang gue berjalan dengan mata tertutup. hingga akhirnya gue terjatuh karena gue nabrak pohon. mereka bertiga tertawa lebar dan saat itulah kesadaran gue kembali 100%.

bapak pemilik perahu yang kami naiki sudah ada disana. dia lagi asik mengobrol entah itu dengan siapa ditemani segelas kopi. kayanya asik nih ngopi dulu. anne menatap tajam ke arah gue, lalu dia menghampiri gue yang lagi duduk bertiga di saung kecil.

"dante, gue udah laper !! malah ikutan ngopi. bikin lama aja lo" ucapnya berbisik sembari mencubit keras pinggang gue

gue meringis kesakitan.

“anne, sakiitt !!” gue menahan tangannya anne

“Dan, ayolah.. kita udah pada kelaperan nih” saut mei

“iya..iyaa” jawab gue

Kami beranjak menuju perahu kecil. Gue kembali ke posisi duduk yang tadi. Duduk di ujung perahu dengan kaki yang menjuntai ke bawah. Percikan percikan air laut yang beradu dengan perahu mulai membasahi celana gue. Terkadang percikannya mengenai mulut gue. membuat gue harus berkali kali meludah karena asin. Tiba di teluk penyu, kami langsung mencari rumah makan. Setelah makan yang kita pesan datang, Anne dan mei langsung menyantapnya dengan lahap. beneran kelaperan ternyata.

“dan, kamu ga mau di tatto?” tanya rahman pelan saat melihat segerombolan orang yang bertatto di lengannya

“buat apa di tatto? Ga ada gunanya” jawab gue cuek

“keren tau dan” kata rahman “sayang aja aku ga cocok kl di tatto”

Rahman masih memperhatikan segerombolan orang yang tadi. Pengen banget di tatto nih anak

“kl kamu cocok, dan.“ sambungnya “di kuping udah ada tindikan kanan kiri. Tinggal di tatto pasti keren kaya anak band”

Gue tertawa lebar

“lo mau gue bikinin tatto man?”

“kamu bisa, dan?” Tanya rahman dengan tatapan yang ragu

“gampang itu mah man”

“wah boleh tuh, Dan” kata rahman semangat.

“bikin yang temporan aja man, tiga bulan ilang. Nanti di rumah lo siapin aja bahan utamanya pewarna rambut yang warna hitam”

“siap”

Selesai makan, kita menuju ke sebuah jembatan beton yang ada di teluk penyu. Kita berjalan sampai ke ujung jembatan. Ngobrol ngobrol santai sembari menikmati deburan ombak dan terpaan angin. cukup lama kami disana. Kami baru meninggalkan teluk penyu saat jarum jam sudah hampir berada di angka enam.

Tiba di rumah rahman, kita bergegas bersih bersih badan, dilanjutkan makan bersama dengan keluarganya rahman. Selesai makan, rahman menagih janji gue untuk bikinin dia tatto. Rahman juga udah menyiapkan bahan bahan yang gue pinta.

“mau gambar apa man?” tanya gue sembari meracik bahan untuk membuat tatto temporan

“tengkorak, dan” jawab rahman sembari membuka bajunya

“lo ngapain buka baju?”

“di punggung aja dan, biar keren”

Yang bener aja, ini sih sama aja gue ngegambar di spanduk partai

“kl di punggung lo pake pilok man, jangan pake ini”

Gue mulai membuat sketsa tengkorak di punggungnya rahman dengan spidol. Anne dan mei memperhatikan dengan seksama. Selesai membuat sketsa, gue mulai mentatto punggung rahman dengan pewarna rambut yang udah gue tempatkan di tempat tipe-x. Jangan lupa isi tipe-x dibuang dulu dan dicuci hingga bersih. Setelah selesai, gue menyuruh rahman untuk menunggu catnya kering, baru dibasuh dengan air.

“dan, kok gambarnya begini?” kata rahman dari dalam rumah.

Gue lagi gitaran di teras depan bareng dengan anne dan mei.

“gambar apaan?” jawab gue dari teras depan

“gambar tattonya kok begini” kata rahman. Terdengar suara langkahnya mendekat ke arah gue

“lah tadi kata lo gambar tengkorak”

Rahman sudah berada di depan gue. memutar badannya. Lalu mengangkat bajunya menunjukan hasil tatto bikinan gue.

“iya sih tengkorak. Tapi bukan tengkorak ikan” cibir rahman

Gue, anne, dan mei tertawa lebar.

Untungnya rahman bukan tipe orang yang mudah marah. Dia bisa membedakan hal hal yang masih termasuk dalam konteks becanda. Kl rahman emosian, malam ini juga gue pasti udah ditelen hidup hidup sama rahman. Kami melanjutkan gitaran di teras depan hingga satu persatu tumbang menyisakan gue dan anne.

“nte” panggil anne

Gue selalu suka saat malam berduaan dengan anne. Karena dia pasti bersikap manja kl udah malam. Sama seperti saat ini, anne merangkul tangan kiri gue dan bersendar di bahu gue.

“apa ne?”

“waktu lagi gitaran diatas, kenapa lo nyium gue?” katanya dengan suara lirih

Mampus gue. Gue jawab apa nih

“....”

“yee malah bengong” anne terkikih pelan

“sorry ya soal malam itu, gue khilaf”

Anne mencubit pelan tangan gue

“Belom jadi cowok gue aja udah berani beraninya lo nyium gue” kata anne. Lalu senyum senyum sendiri

“kl gue udah jadi cowok lo, bearti gue bisa dapat yang lebih dari cium dong?”

Anne tertawa pelan

“gue tuh kenal lo udah lama. Ga usah sok agresif deh” kata anne “yaa walaupun lo itu ganjen. Ganjen banget malah. tapi kl udah berduaan sama cewek palingan lo panas dingin duluan”

gue senyum senyum sendiri denger ucapannya anne

“oh iya, misalnya nih ya misalnya... emang lo mau punya cowok kaya gue?” tanya gue

“ya lo nembak gue aja dulu, baru gue kasih tau jawabannya” jawab anne dengan suara centil

gue mengangguk anggukan kepala

"and then?" lanjut anne

Gue menarik nafas dalam dalam, dan membuangnya perlahan

“ne”

“.....”

Anne mengangkat kepalanya dari bahu gue. Mata gue mulai beradu pandang dengan matanya. Dia menatap hangat sekaligus lembut. Jantung gue berdebar kencang. Wajah gue mulai mendekat ke wajahnya. Anne menutup matanya. Dan.........

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang