Part 98

1.1K 38 0
                                    

“apa kabar, dan? Udah lama banget ya kita ga ketemu” sapa gaby

“ehh... iya..” jawab gue yang masih setengah kaget “kabar gue baik, lo sendiri gimana?”

“by, duduk situ aja yuk biar enak ngobrolnya” gue menunjuk sebuah bangku kosong yang ada disana. Gaby berjalan mengikuti gue, kemudian duduk di samping gue.

“baik juga kok, dan” jawabnya lalu tersenyum

“oh iya, lo sekarang lagi sibuk apa nih? Kerja atau kuliah?” lanjutnya

“gue kuliah, lo gimana? Kuliah, kerja, atau jangan jangan udah punya anak?”

Gaby tertawa pelan

“iihh masa lo lupa sih? terakhir kita ketemukan gue lagi mengandung anak lo, dan” ucapnya. Lalu kami tertawa lebar

“oh ya? Berarti yang waktu itu bocor dong?”

Kita kembali tertawa

“udah ah, makin ngaco. Dari dulu ga ada benernya kl ngobrol sama lo” kata gaby “gue kuliah kok bareng bewok”

“oooohhh lo satu kampus sama bewok”

Gaby, salah satu primadona smp gue. Orang yang membuat gue terlihat sangat tolol di depan anne perihal gelang ‘D&G’. Yup dia lah orangnya yang udah ngibulin gue soal gelang terkutuk itu. gue kenal gaby dari pertama gue masuk smp. Hampir sama seperti gue dan anne. Tiga tahun berturut turut gue sekelas bareng gaby, hanya beda di nomor absen dan tempat duduk.

Kuping gue terasa sakit. Anne berdiri di samping gue sambil menjewer keras kuping gue. gue sampe lupa kl ada anne.

“kok gue ditinggal?” ucapnya dengan mata melotot

Gue Cuma nyengir bodoh sembari menggaruk kepala, padahal kepala ga gatel sama sekali

“oh iya, kenalin temen smp gue” ucap gue ke anne sembari menunjuk gaby

“halo, gue gaby” gaby menyodorkan tangannya

“gue anne” anne menyalami tangannya gaby

“Dan, gue cabut dulu ya” ucap gaby

“loh buru buru banget. Mau kemana?” tanya gue

“ke depan dulu nyusul temen gue. oh iya gue minta nomor lo dong”

Gue mengeluarkan hp gue dan melirik anne. Anne membuang muka saat mata kita beradu pandang. Kenapa nih anak.

“nomor lo berapa, by? Gue misscall aja”

Gaby menyebut nomor hp nya, gue langsung menekan tombol hijau di hp gue

“thanks ya, dan” ucapnya “oke deh, gue cabut ya. Dadah” gaby melambaikan tangannya sembari tersenyum

Mata gue masih terfokus ke arah gaby yang berjalan ke luar ruangan. Dan lagi lagi anne menjewer keras kuping gue.

“biasa aja ngeliatinnya” cibir anne dengan tangan yang masih menempel di kuping gue

“sakiit, ne” kata gue sembari terkikih pelah

Anne melepas tangannya dari kuping gue

“tadi siapa, nte?”

“gaby” jawab gue singkat

“kenal dari mana?”

“temen smp gue”

“mantan lo?”

“bukan”

“yakin? Kok kayaknya lo seneng banget ketemu dia?” gue ga tau saat itu anne masih inget atau engga soal gelang D&G

“namanya ketemu temen lama, ne” kata gue. tak lama pintu theater film yang kita tonton pun terbuka bersamaan dengan suara genit dari operator. Untung aja theaternya keburu terbuka sebelum muncul pertanya pertanyaan aneh.

Gue dan anne berjalan memasuki theater tersebut. Kita duduk di bangku deretan tengah tiga baris dari depan. Gue sedikit protes ke anne mengenai lokasi tempat duduknya. Karena leher gue pasti pegel nonton dengan posisi yang sedikit mendongakan kepala.

“kok milihnya disini?”

“yang belakang udah full” kata anne sembari menunjuk ke baris belakang

gue merubah posisi duduk. Sedikit berselonjor dengan merendahkan badan gue.

“ya ambil yang jam berikutnya lah” saut gue

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang