Part 87

1.1K 44 0
                                    

“dan, bangun. Makan dulu” suara seorang laki laki. Sembari menepuk pelan paha gue

Mata gue terbuka perlahan

“astaga ada kingkong” ucap gue bercanda. Di depan gue ada rahman dan mei. Gue menengok ke samping gue, anne udah ga ada

“anne kemana?” tanya gue

“lagi ke kamar mandi cuci muka” jawab mei

“hayooo. Kamu ngapain aja toh dan sama anne?” tanya rahman penuh curiga

“gue ga ngapa ngapain, nduutt” protes gue

“tadi pas kita baru dateng, bajunya anne kok acak acakan ya” mei ikut menimpali

“sumpah gue ga ngapa ngapain” kali ini gue sedikit ngotot. Seinget gue emang ga ngapa ngapain

Anne keluar dari kamar mandi. Mengambil mangkok kosong dan menuang bubur yang dibawa sama rahman dan mei.

“makan dulu nih” kata anne

Gue Cuma ngeliatin buburnya sembari mengaduk aduknya doang

“yee dimakan dong” perintah mei

“ga nafsu mei” kata gue malas

“mau gue suapin?” tawar anne

“engga. Makasih” kata gue. Buru buru gue makan tuh bubur.

Selesai makan bubur, rahman menawari gue untuk kerokan dan gue setuju. Awalnya gue dikerok sama rahman. Sementara anne dan mei duduk di balkon depan. Tak lama anne dan mei kembali ke kamar gue. Dan menawarkan diri gantian untuk mengerok. Alasannya karena merasa bersalah udah bikin gue kaya gini. Gue menolak tapi mereka terus memaksa. Akhirnya gue membolehkan mereka untuk mengerok. Walaupun gue punya firasat buruk atas tawaran mereka. Dan bener aja, selesai mereka mengerok gue, gue berjalan menuju cermin yang gue pantek di tembok dan melihat hasil kerokannya. Mereka malah mengukir nama mereka berdua di badan gue. Kan kampret....

“aduuhh badan gue lo apaan sih nih” kata gue

Anne, mei, dan rahman tertawa lebar

“nama ku belum ada loh, dan” kata rahman sembari mengambil koin yang tadi dipakai untuk ngerok

“gue kempesin lo, ndut”

Mereka bertiga kembali tertawa

Gue memakai kembali kaos gue dan merebahkan bahan gue.
Dari kecil setiap badan gue dikerok ataupun dipijat, gue pasti tertidur. Tadi waktu rahman yang kerok, rasa kantuk udah mulai menghampiri walaupun rahman baru mengerok seperempat punggung gue. Pas anne dan mei gantian yang kerok, rasa ngantuk gue ilang gitu aja. Bawaannya ga tenang aja, pasti ada hal hal aneh yang mereka lakukan.

Terkadang gue merasa heran sendiri sama tubuh gue. Kebanyakan orang kl lagi dikerok pasti meringis kesakitan, nah gue malah keenakan yang bikin gue merasa ngantuk.

Selesai mengerok gue, mereka bertiga duduk dan bercanda di balkon depan. Sementara gue terbaring di dalam kamar. Ada rahman disini. Itu tandanya gue bisa terbebas beberapa saat dari siksaannya anne. So, gue bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguan dari anne. kadang gue ga habis pikir sama anne. kayanya dia merasa berdosa kali ya kl sehari aja jadi pendiem tanpa mengganggu orang lain.Ampun dah ini anak, sayangnya gue terlalu cinta sama lo. kl engga mah udah gue pasung lo hahaha....

Anne masuk ke kamar gue, dan membawa gitar gue ke depan

“ngapain lo bawa gitar?” tanya gue heran. Soalnya anne ga bisa main gitar. kunci gitar aja anne ga tau

“mau dimainin lah” jawab anne

“emang lo bisa?”

“rahman yang main” sambungnya. Lalu beranjak kembali ke balkon depan

Samar samar masih gue bisa mendengar suara mereka. Cukup lama mereka bertiga mengobrol sembari gitaran hingga akhirnya hening tanpa suara.

Mata gue udah terpejam. Dalam keadaan setengah sadar gue mendengar suara pintu kamar gue terbuka. Ada yang mendekat ke arah gue. Mengusap rambut gue dan mencium kening gue. lalu keadaan kembali hening seiring dengan tertutupnya pintu kamar gue.
Bahkan dengan mata tertutup pun gue bisa tau siapa dia....

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang