Part 126

1K 38 0
                                    

sehari, seminggu, hingga empat bulan telah berlalu tanpa ada anne yang biasanya selalu menghiasi hari hari gue. selama empat bulan terakhir, tak ada lagi orang yang membangunkan gue setiap pagi. entah itu untuk berangkat ke kampus ataupun sekedar mengganggu waktu hibernasi gue. tak ada lagi orang yang seliweran keluar masuk kamar gue seenak jidatnya sendiri. tak ada lagi orang yang mengganggu waktu tidur gue hanya untuk mendengarkan cerita konyolnya.

kita masih satu kost. namun gue merasa dia jauh dari gue. bahkan lebih jauh saat kita terpisah jarak antara indonesia dengan australia. berkali kali gue coba menyapanya, namun dia menghindar. dia hanya memberikan senyuman tanpa berkata sedikitpun kemudian berlalu begitu saja.

setiap pagi, saat gue terbangun gue segera menuju balkon hanya untuk melihatnya berjalan ke kampus. dan sorenya gue pun melakukan hal yang sama. duduk di balkon hanya untuk melihatnya kembali. sebuah senyum manis selalu tersirat di wajahnya saat dia hendak membuka atau menutup gerbang kost. gue sengaja ga kuliah, biasanya anne selalu marah setiap gue bermalas malasan. namun sepertinya kali ini dia gak perduli lagi. nampaknya dia serius dengan ucapannya.

belakangan terakhir ini, gue sering melihat anne pulang diantar oleh lelaki lain. entahlah gue ga kenal siapa dia. bahkan sesekali anne baru pulang ke kost saat jam kuliah sudah jauh berakhir. gue tau jadwal kelasnya karena gue masih satu kelas dengannya. dan saat anne kembali ke kost, gue melihat lelaki yang sama mengantarnya.

ingin sekali gue bertanya siapa lelaki itu. namun gue urungkan niat untuk bertanya saat gue mengingat perkataan terakhirnya. gue paham dengan maksudnya. anne ingin melupakan gue. dan dia juga meminta itu ke gue, bukan? namun sayangnya gue ga bisa melakukan itu. gue terlalu cinta sama anne..

kamis sore, pertengahan bulan juni 2009.
gue sedang duduk di balkon lantai dua, ketika gue melihat mei dari atas sini datang ke kost tanpa anne. kemana anne? gak biasanya mei datang sendiri. atau mungkin gue yang ga melihat anne pulang. apa mei datang kesini buat ketemu gue? hahaha.... pede bener gue !! paling juga seperti biasanya, mei datang dan langsung ke kamarnya anne tanpa mampir ke kamar gue. semenjak anne ga pernah datang lagi ke kamar gue, mei pun tak pernah lagi datang ke kamar gue.

gue mendengar suara langkah kaki yang sedang menapaki anak tangga. langkahya semakin mendekat hingga sosoknya muncul di depan gue.

*PLAAAAKKK*

"LOSER !!" bentak mei

gue bengong menatapnya sembari mengelus pipi gue yang baru saja dia tampar.

"gue udah denger semuanya dari anne" mei berdiri didepan gue dengan kedua tangan yang menyilang di dada. matanya tajam menatap gue

gue mengernyitkan dahi. ini anak kenapa sih?

"lo kesurupan ya, mei? mau gue panggilin pak ustad?"

"lo yang butuh pak ustad !! buat ngeruqyah otak lo!!"

"lah kok gue? lo yang dateng dateng ngomel. mana main gaplok aja lagi"

"lo bilang lo sayang sama anne, begini cara lo memperlakukan orang yang lo sayang?"

gue mendengus pelan

"lo ga tau apa apa, mei"

"anne udah cerita semuanya ke gue, dan"

gue meliriknya sebentar. kemudian tertenduk lesu dengan kedua tangan menopang kepala

"ini lebih rumit, mei"

"apa yang bikin rumit?"

"keadaan.. keadaannya terlalu rumit"

"ini bukan soal keadaan, ini soal pilihan.." kini mei duduk disebelah gue

gue kembali meliriknya. kali ini gue terdiam

"kl lo memilih anne, pasti lo ngebatalin tradisi konyol itu" lanjutnya

"nah itu masalahnya, mei.. gue ga tau itu bisa dibatalkan atau engga.."

mei terdiam sejenak. gue mengeluarkan sebatang rokok, dan mulai membakarnya.

"waktu lo ngelakuin itu, ada ikatan nikah secara resmi ga?"

"gue lupa, mei"

"aahh dodol banget sih lo.. masa ga inget"

"yee kok jadi sewot... itukan udah lama.. mana gue inget"

"its oke.. itu ga penting.. yang nikah secara resmi aja bisa batal atau bercerai kan.. sekarang, buruan lo batalin tuh tradisi gila itu"

"ga segampang itu juga kali" gue menggerutu

"apa susahnya sih, dan? lo tinggal telp orang tua lo minta dibatalin. selesai kan?"

"lo ga kenal sama nyokap gue sih" gue mulai kesel sendiri denger saran dari mei "bisa bisa nama gue dicoret dari daftar keluarga"

"atau lo kawin lari aja sama anne"

gue mendengus kasar

"mei, udahlah.. ini semua juga anne yang minta kok"

"lo itu bego atau pura pura bego sih, dan?"

"gue ga ngerti maksud lo, mei"

giliran mei yang mendengus kasar

"gue kasih tau sama lo ya. terkadang cewek kl minta lo ngejauhin dia, itu bukan dalam arti yang sebenarnya. justru dia mau lo terus mengejar dia"

"serumit itukah jadi cewek?"

"hadoooh danteee.. ampun deh... gini loh.. kita sebagai cewek............"

"stop..stop..." gue memotong omongannya mei "tolong ralat.. elo, bukan kita.. gue laki, mei !!"

mei kembali mendengus kasar

"oke.. oke.. kita, gue dan anne, bukan elo..... oke..."

"oke.. sip.. sok lanjut..."

"kok lama lama kita kaya orang bego ya?"

"lo dan anne? emang lo berdua bego.. udah lanjut..."

"......"

"kan gue jadi lupa tadi mau ngomong apaan" gerutunya

mei diam sejenak dan mulai mengingat apa yang ingin dia katakan

"oh iya.. kita sebagai cewek terkadang sengaja melakukan hal yang keterbalikannya. hanya karena ingin tau seberapa besar pengorbanan dan perjuangan lelaki pujaannya..."

"maksudnya apaan sih mei?"

"aduuhh dante.. kita sebagai cewek itu sering mencari perhatian dengan cara yang ga biasa. ya dengan memberikan kode, signal, ke lelaki pujaan kita. entah itu dari omongan, tingkah laku, dan masih banyak lagi yang lainnya"

"kode? signal? kode buat apaan? aarrgghhtt gue makin ga ngerti lo ngomong apa"

"gini loh dan..........."

"udah.. udah.. mei..." gue memotong kembali omongan mei "gue pusing denger omongan lo.. gue ga ngerti sama sekali.. so, intinya gue harus ngapain?"

mei meletak kunci mobilnya di depan gue. nah kl yang ini gue tau maksudnya dia

"tapi kl anne beneran mau menjauh dari gue gimana mei?"

"enggak.. percaya sama gue.."

"belakangan ini gue sering liat anne diantar cowok, mei"

"Boleh gue jujur sama lo?" mei perlahan menengok ke arah gue

"apa?"

"gue suka sama lo, dan"

gue menengok ke arahnya. kini kita beradu pandang

"jangan becanda deh mei. kita lagi ngebahas anne"

"gue ga becanda, dan" katanya "gue beneran suka sama lo"

Ya Tuhan, apa lagi ini?

"gue ga tau sejak kapan rasa ini mulai tumbuh. gue selalu berusaha membunuh rasa ini. namun entah mengapa saat gue melihat kemesraan antara lo dan anne rasa ini seperti terus tumbuh dan berkembang" mei memalingkan wajahnya. pandangannya kosong menatap jalan raya "bahkan terkadang gue berkhayal gue berada diposisinya anne."

"....."

"namun semakin lama gue semakin sadar. gue ga akan pernah berada diposisinya. rasa sayang dan cinta anne untuk lo, jauh lebih besar dari apa yang gue miliki. terlalu jahat buat gue untuk merusak hubungan kalian" mei tersenyum. kemudian kembali menengok ke arah gue

"...."

"so, maka dari itu gue yakin anne menunggu lo" mei menepuk pelan pundak gue "sekarang lo temui dia"

"tapi masalah dita gimana?"

"gue bantu cari solusinya.. udah buruan sekarang lo jemput anne"

"sekarang anne dimana mei?"

"ya telpon lah.. tanyain lagi dimana.."

"pinjem hp lo. pake nomor gue ga akan diangkat"

mei mengeluarkan hp nya dan memberikannya ke gue. gue mulai menelpon anne

-halo, kenapa mei?- suara anne dibalik telp

-lagi dimana, ne?- kata gue

-tut...tut....tut- anne mematikan telpnya

"...."

gue menggeleng pasrah. gue mengembalikan hp nya. kemudian berlalu masuk ke dalam kamar meninggalkan mei yang masih duduk bersandar di balkon.

"Dan, percaya sama gue.. anne cuma marah sesaat.. pikirannya masih kalud.. lo harus terus kejar dia" teriak mei dari balkon

gue merabahkan diri di atas kasur. gue menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan. entah kenapa nafas gue terasa lebih berat. biasanya jam segini gue gak bakal bisa beristirahat nih. bahkan sangat sulit untuk sekedar merebahkan badan...........
I have so much to say but you're so far away.......

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang