Part 67

1.2K 41 0
                                    

salah satu yang gue syukuri dari pertemuan kita adalah ketika tuhan mengizinkan kita saling menyembuhkan, gue paham sekali bagaimana luka lo dikecewakan seseorang dimasa lalu, begitu juga dengan gue, namun gue tetap bersyukur.
Karena merekalah saat ini kita ada.
Tak ada yang gue sesalkan dari kepergian masa lalu, ia membuat gue menemukan lo, bersyukur karena lo bukan seseorang yang salah dan semoga lo seseorang yang tepat, seseorang yang selama ini gue perbincangkan dengan Tuhan.

Pagi ini gue terbangun saat jarum jam masih berada di angka lima.
Gue terlalu semangat untuk pagi ini. Gue pergi ke bandung hanya dengan emak gue dan mang sani supir keluarga gue.
Selama perjalanan emak gue merengek kelaparan karena kita sama sekali belum sarapan. Selesai mandi gue langsung menarik emak gue untuk segera berangkat. Gue bilang kita sarapan di bandung aja hahaha.

“de, kita sarapan dulu. Mamah sampai lemes ini kelaperan”

“yah mah tanggung, udah sampai nih”

“sebentar doang, mamah laper banget. Ade ga kasian apa sama mamah sampai lemes gini”

Aduh durhaka gue nih

“yaudah, cari yang deket deket sini aja ya”

Gue mencari tempat makan di dekat dekat sini dan pilihin jatuh pada warung nasi padang.
Sebenernya gue juga laper, tapi semangat gue mengalahkan segalanya.
Selesai sarapan gue langsung masuk ke dalam menuju bagian administrasi untuk menanyakan perihal pendaftaran.
Gue dijelaskan kl pendaftaraan ada beberapa cara, gue malah pusing sendiri dengar penjelasan dari admin tersebut. Ternyata pendaftaran mahasiswa itu lebih ribet dari waktu gue daftar di smk dulu.
Bagian administrasi tersebut memberikan gue panduan pendaftaraan dan hal hal apa aja yang harus gue siapkan. Merasa cukup dengan informasi gue langsung bergegas pulang ke rumah dan menyiapkan segalanya.

Setelah melewati proses yang cukup ribet, akhirnya gue masuk ke universitas ini.
Gue dan emak gue kembali ke bandung untuk melengkapi regristrasi dan lain lainnya. Emak gue bertanya ke salah satu sfaff di kampus ini tentang kost kostan yang rekomend yang berada di dekat kampus.
Gue dan emak gue menuju kost kost yang disebutkan oleh staff tadi, jaraknya ga begitu jauh sekitar 200-300m dari kampus ini.

Sesampainya gue disana, kesan pertama gue tentang kost ini adalah horor !!
Kost ini bangunannya tua, ga terlalu besar cuma ada 8 kamar. 5 di bawah, 3 di lantai dua. Lantai 3 hanya dak lantai beton kosong tanpa bangunan untuk tempat menjemur pakaian, dan di lengkapi toilet di setiap kamarnya.
Gue meminta emak gue untuk pindah kost dengan alasan rumah kost ini terlihat horor, tapi emak gue menolak..

sebenernya selain tempatnya yang terlihat horor ada hal lain yang menurut gue ga asik, yaitu tulisan di depan pagar ‘terima kost khusus laki laki’
Yah ga asik deh, gue berniat mau ganti kost yang campur gitu hahaha.

Gue mendapat kamar no 8 yang berarti kamar gue di lantai dua, tadinya gue meminta di bawah tapi full semua.
Hanya tinggal dua kamar diatas no 6 dan 8. karena angka 8 terlalu familiar, gue reflek mengambil kamar no 8 itu.
Setelah menaruh barang gue di kamar kost, gue kembali balik ke Jakarta untuk mengambil beberapa barang yang belum gue bawa.

Keesokan harinya gue berangkat ke bandung tanpa di temani emak. Tadinya gue mau ke bandung pakai bus, tapi karena gue masih buta daerah sana ditambah gue membawa sepeda jadinya gue minta anter sama mang sani lagi.
Gitar juga udah gue bawa, lumayanlah buat nemeninn gue disana kl gue bete. Sepedah bisa gue pakai kl pergi ke kampus atau gue bisa muter muter sepedahan selama disana. Kayanya asik sepedahan disana karena cuacanya yang adem.
Beberapa minggu gue tinggal di kost, kamar no 6 di isi oleh penghuni baru yang usianya jauh di atas gue.

“Dante” gue memperkenalkan diri

“Ujang, kuliah A?”

“iya, mang ujang kuliah juga?”

“oh engga a, saya kerja” jawabnya “dari jakarta ya, A?”

“iya mang, mamang asli sini?”

“oh bukan mamang asgard”

“asgard? Apaan tuh”

“asli garud, hehehe” mang ujang nyengir lebar

Entah kenapa gue malah merasa horor ngeliat mang ujan nyengir, ada tiga giginya yang ompong di tambah giginya rada reges gitu..

“mang, saya ke warung dulu ya” gue berlalu meninggalkan mang ujang.

Setelah perkenalan itu, mang ujang jadi temen pertama gue disini.
Gue beberapa kali mencoba berkomunikasi dengan penghuni kost lainnya, tapi mereka jarang ada yang nongol. So, gue lebih banyak menghambiskan waktu bareng mang ujang.
Mang ujang orangnya lucu, kadang suka cerita yang aneh aneh bikin perut gue melilit karena ga berhenti ketawa.

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang