Plan [Revisi]

10K 930 32
                                    

[SEDANG DI REMAKE]




 Menurutnya, berada di tempat yang lebih banyak orang yang terdapat di dalamnya lebih aman daripada harus berdiam diri di dalam rumah. Gina juga tahu, persediaan makanan yang masih ada tidak akan cukup dalam waktu seminggu, sayur akan lebih cepat busuk dari yang mereka duga dan tidak ada yang benar-benar tahu mengenai apa yang terjadi nantinya.

 Ram masih belum tahu mengenai apapun, ia juga masih bertanya-tanya mengenai perlakuan Gina terhadap ibu mereka, namun ibunya juga tidak bertingkah seperti yang biasanya.


"Bagaimana dengan ibu?" tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian di atas sana.

"Ibu udah ga ada, ayah juga. Sekarang cuma tinggal kita berdua, yang tadi itu bukan ibu. Kamu bisa lihat sendiri apa yang ada di luar sekarang."


 Ketika mereka berhasil keluar dari pintu depan, mereka berdua juga cukup terkejut dengan pemandangan yang terlihat. Maulana telah menghabisi sekitar dua puluh lebih zombie entah bagaimana caranya, padahal ia hanya sendirian saja disana.


"Itu aja, kalian ga bawa apa-apa lagi?" menyadari jika Gina telah keluar dari dalam rumah bersama dengan adiknya.

"Iya, kami ga bawa apa-apa."

"Yaudah, sekarang ayo masuk ke dalam mobil. Kita pergi sekarang."


 Sebelum Maulana beranjak masuk ke dalam mobil, ia sengaja melepaskan jas hitam miliknya dan hanya mengambil pistol yang tersembunyi dibaliknya lalu membuangnya ke tanah. Jas tersebut telah terkena noda darah dan terasa bau bagi indera penciumanya, Maulana tak ingin terus-terusan mengenakannya hari ini.


"Ayo." ajaknya.


 Di saat yang sama, Ram pada akhirnya melihat apa yang sebelumnya ingin coba beritahu, apa yang terlihat di luar rumah sekarang sangat berbeda sekali dengan apa yang sempat ia pikirkan. Internet tidak dapat berfungsi dan layar tv tidak menampilkan apapun selain tulisan yang mengatakan jika sedang dalam keadaan darurat. Dengan kedua bola matanya sendiri, Ram dihadapkan kepada kenyataan.


***


 Mereka berdua masih mengikuti Maulana yang masih terlihat tenang dan sama sekali tidak panik dengan apa yang terjadi.


"Namaku Ram, kita belum sempat berkenalan sebelumnya." mencoba mengulurkan tangan kepada Maulana yang ada di sampingnya.

"Kamu bisa memanggilku Maulana." membalas uluran tangannya sebentar, lalu kembali menyetir.

"Em, iya mas."

"Mas merupakan anggota satuan militer?" mencoba menerka-nerka siapa sebenarnya yang sedang ia ajak bicara sekarang.

"Bukan." jawabnya santai.

"Angkatan bersenjata?"

"Bukan."

"Aku melatih diriku sendiri." sambungnya yang membuat Ram terkejut ketika mendengarnya.

"Ohh gitu.."

"Coba kalian pikir, kira-kira apa yang akan terjadi setelah ini? Maksudku kepada nasib kita."

Hope : Survive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang