A/N: jangan lupa vote dan coment :)
Mendengar teriakkan dari anggota kami satu persatu, aku mulai memastikan apakah kamera pengawas itu menyala atau tidak. Itu bisa dilihat dari lensanya, jika lensanya berwarna maka bisa dipastikan kamera itu hidup.Aku sudah menemukan 1 kamera yang dimaksud oleh mereka. Dan setelah kuamati ternyata kamera itu menyala, Dan aku mengecek setiap kamera lain. Semua kamera yang kulihat disini menyala semua.
Bisa dipastikan, saat ini kami sedang diawasi.
Terlalu sibuk dengan mencari kamera, aku merasakan jika tanah yang kupijak terasa bergetar.
"Gempa"ucap Joni keras.
"Bukan, ini bukan gempa" jawab Tus sambil menempelkan telinga ke tanah.
"Ini suara langkah kaki" lanjut Tus.
"Hah, benarkah" tanyaku sambil ikut-ikutan menempelkan telingaku juga.
"Iya" balasnya.
Ternyata dia benar, ini lebih mirip dengan suara langkah kaki. Langkah kaki orang yang banyak. Sayangnya bukan orang hidup.
"Semuanya tetap waspada di tempat terbuka dan nyalakan radio kalian semua" teriakku sambil berlari.
"Tus, Wilda, Joni, kalian pimpin para anggota kita. Sebentar lagi ini akan jadi medan perang" ucapku.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu" balas Wilda ikut-ikutan berlari denganku, yang lainnya juga.
"Dari awal ini memang jebakan, tidak ada cara lain. Kita harus menghadapi mereka" ucapku.
"Aku akan pergi mencari bukti di laboratorium itu, kalian tahan semampu kalian" tambahku.
"Aku juga ikut" komen Wilda.
"Jangan, kau dan pemimpin lain harus disini untuk memimpin anggota" ucapku.
"Aku tidak masuk sendirian, karena aku juga sudah membawa tim khusus untuk ini" tambahku.
"Baiklah, kami akan menahan mereka" balas Tus.
"Terima kasih" ucapku.
Tim yang kumaksud adalah timnya Putra. Karena mereka lebih berpengalaman di situasi seperti ini.
"Putra, bawa semua anggota tim'mu ke laboratorium. Aku tunggu disitu" perintahku lewat HT masih dengan berlari.
"Siap bos"balasnya.
Langkahku terhenti dengan paksa, karena tiba-tiba di depanku muncul 3 zombi dengan mendadak.
Tidak ingin membuang-buang waktu, aku langsung melemparkan sebuah pisauku kepada kepala zombi yang mendekatiku duluan.
Jarakku dengan zombi kedua dan ketiga terpaut 5 meter. Aku langsung berlari mengambil pisauku di kepala zombi yang pertama dan langsung menusukkannya di kepala dan leher zombi kedua dan ketiga dengan berlari lari zig-zag sebelum mereka berhasil menggigitku.
Setelah itu aku melanjutkan pelarian singkatku yang tertunda. Disana Putra dan anggota timnya sudah hadir semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope : Survive [END]
Science FictionHalo. Namaku Maulana, salah satu seorang survivor yang masih tersisa. Milyaran nyawa telah tewas ketika kebanyakan orang tidak mempercayai wabah zombie sudah terjadi dan fakta membuktikan hal yang sebaliknya. Ini adalah kisah kami di tengah apocalpy...