Uninvited guest [Revisi]

6.5K 648 76
                                    


[SEDANG DI REMAKE]



*Ram POV*


 Kulihat Putra akhirnya berhasil ke tempat ini, akan tetapi yang membuatku menjadi heran ialah bagaimana bisa dia bersama adiknya Luna?  dimana Luna sekarang?


"Kau berhasil sampai" tukasku senang ketika menghampiri Putra yang sedang menjalani sesi pemeriksaan tuubuh.

"Tentu saja, aku ini tidaklah lemah" jawab Putra yang sedikit menyombongkan diri dari balik nadanya.

"Dasar." 

"Hei, dimana Luna?" bisikku pelan agar Kiki tidak mendengarnya, namunPutra tidak menjawab, dari tatapannya saja aku sudah bisa langsung mengetahui jawabannya.

 "Emmm, kalau ada barang yang ingin dibawa masuk, bawa saja" tambahku sambil berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah, ayo ki" ajak Putra sambil menggandeng kiki.

 Jam sudah menunjukkan pukul 18:00 dan sudah tidak ada lagi aktivitas disini. Karena sebentar lagi bom akan dijatuhkan, jadi kami harus segera bersiap-siap untuk bersembunyi di dalam kargo.


  "Semuanya, harap tenang dan ikuti intruksi kami" teriakku untuk menenangkan puluhan orang di tempat ini.


 Tentu saja sebelum kami berkumpul, semua jalan keluar dan masuk menuju benteng ini sudah kami amankan sebagai bagian dari protokol keamanan sementara.


18.10: kami semua sudah masuk kedalam kargo masing masing.

18.13: aku mendengar suara pesawat jet terbang di atas kami.

18.15: bom sudah jatuh di kota, suara dan getarannya terdengar sampai disini.

18.30: setelah keadaan aman, kami semua keluar dari kargo, dan aku mencoba mengintip dari atas kargo apa yang terjadi di kota sekarang ini.


Yang kulihat dari atas ini adalah, kota ku sudah menjadi lautan api...


 Semuanya telah terbakar dan tentu saja, listrik kami mati karena pembangkit listriknya juga ikut hancur beserta dengan bomnya.


*POV End*


#Maulana 

"Sudah kuduga hal ini akan terjadi, jika kota di bom maka listriknya juga ikut mati. Setidaknya aku berhasil menyelesaikan benteng ini terlebih dahulu. Terpaksa malam ini harus kami lalui dengan kegelapan." sesuai perkiraan Maulana, langkah yang ia ambil untuk membuat benteng terlebih dahulu sebelum pembangkit listrik ikut mati setelah bom dijatuhkan menurutnya sudah sangat tepat.


 Dengan benteng sebesar itu, bahkan akan sangat sulit bagi zombie yang berada di luar untuk menerobos menuju ke dalam karena setiap kargo yang ditumpuk memiliki berat yang lebih dari satu ton pada setiap pilar dan semuanya saling berdekatan antar satu sama lain sehingga tidak ada celah untuk menyelinap. Merupakan sebuah tempat yang sempurna untuk bertahan hidup dari ancaman para zombie dan melewati malam dengan aman


#Keesokan harinya...


 Pagi ini, semua orang terlihat langsung mengerumuni Maulana. Alasan mereka melakukan hal seperti itu karena mereka memutuskan untuk menjadikan Maulana sebagai pemimpin setelah mengetahui jika yang memiliki ide awal untuk merombak Pelabuhan Tanjung Perak menjadi sebuah benteng tak tertembus seperti sekarang ini ialah dirinya dan memang semenjak awal ia memang tidak ingin ada orang asing yang memimpin, harus dirinya sebelum tempat tersebut mengalami kehancuran jika diambil kendali oleh orang yang salah.

 Dan perintah pertama yang Maulana keluarkan ialah membagi setiap pekerjaan kepada setiap orang sesuai dengan kapasitas masing-masing untuk memaksimalkan potensi dalam diri yang mereka miliki.


Defender: mereka yang akan menjaga dinding ini dari segala ancaman.

Scavenger: mereka adalah orang-orang yang pemberani, mencari barang-barang yang berguna untuk tempat ini.

Fisher:  pekerjaan ini mungkin akan diisi oleh wanita dan anak-anak karena dibelakang benteng kami adalah laut.

Savior: jika tugas Scavenger adalah mencari barang-barang, maka savior adalah mencari orang-orang yang selamat diluar sana.


 "Untuk sekarang hanya ini saja. Mungkin masih akan ada banyak lagi  pekerjaan yang akan dibutuhkan dan aku menamakan tempat ini sebagai Hope."


Di akhir pidatoku Maulana mengucapkan sebuah kalimat:


"Kita lemah jika sendiri, tapi kita menjadi kuat jika bersama"

 Tepat setelah Maulana mengucapkan itu, ia melihat ada sebuah kapal Ferry yang berukuran sedang mendekati mereka dari arah laut secara tiba-tiba. Dengan cepat Maulana  langsung mengintruksikan semuanya untuk mengambil senjata dan tidak panik.

 Untuk senjata, ternyata diantara kargo-kargo di pelabuhan ini, ada banyak  yang berisi ratusan senjata illegal beserta pelurunya, jadi sekarang kami mereka sama sekali tidak memiliki masalah pada bagian persenjataan. 


"Sial, mereka datang menuju ke tempat ini menggunakan kecepatan tinggi" batin Maulana dalam hati ketika melihat apa yang ada di dalam kapal itu melalui teropong.



#TBC

Hope : Survive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang