Tus (Revisi)

3.2K 289 15
                                    

A/N : Jangan lupa vote dan coment :)



*Nola POV*


"Dimana Angel?" tanya Putra.

"Itu juga yang ingin kuberitahukan kepadamu, dia" ucapku belum selesai karena air mataku sudah keluar duluan dari pelupuk mataku.

"Dia kenapa?" jawab Putra dengan nada mulai panik.

"Dia sudah mati Putra" teriakku dengan suara melengking.


 Setelah aku berteriak seperti itu, perhatian semua orang beralih kepadaku. Suasana terasa senyap seketika. Kulihat pandangan Putra yang tadi biasa saja, sekarang mulai berubah, matanya tak kuat untuk menahan air matanya yang sudah memerah dan jatuh ke tanah.

 Bagi mereka yang berada di tim satu pasti tahu tentang kejadian yang terjadi hari ini, dan sialnya Angelina juga ikut dengan mereka yang ada di garis depan. Bahkan pemimpin misi itu juga sudah tidak kuat menahan virus yang menjalar di tubuhnya. Tapi setidaknya dia masih bisa memberi satu kesempatan terakhir bagi kami.


"Kau bohong kan?"ucap Putra masih tidak percaya.

"Ini faktanya, sadarlah!! situasi disana sangat mengerikan bagi semuanya yang ada disitu" jawabku dengan tegas.

"Kau bohong, aku harus menyelamatkan dia" balas Putra lalu dengan gegabahnya dia langsung pergi.

"Jangan nekat, kau tidak bisa kesana sendirian" ucapku melarang.

"Aku tidak mau tau, Angelina pasti sedang menungguku disana" balas Putra lalu menghilang dari pandanganku.


*POV End*


(Saya akan memakai sudut orang ketiga serba tahu)


 Putra dengan gegabahnya pergi dari Nola, lalu dia mencari mobil dan langsung pergi menuju PLN di tengah kota. Hatinya sedang tidak tenang saat ini, emosinya sedang melambung dengan tinggi,

 Dia semakin mempercepat laju mobilnya hingga melewati kecepatan 100 km/jam. Jarak yang harusnya ditempuh dengan waktu 30 menit dia patahkan rekornya menjadi 5 menit.

 Setelah sampai dia langsung membuka pintunya kasar dan hanya sekedar memegang sebuah pisau dan pistol sebagai pelengkap.

 Langkahnya pun dia percepat untuk segera menuju ke dalam. Dia tidak peduli jika yang sedang dia injak itu adalah mayat dan darah seseorang, meskipun memang banyak mayat yang sedang tergeletak.

 Matanya juga menatap dengan tajam untuk mencari-cari dimana kehadiran seseorang yang sedang dicarinya, tak lupa dia juga menyebut-nyebut namanya.


"Angelina, dimana kau" teriaknya berharap orang yang sedang ia cari menjawabnya.


 Tidak ada yang menyahut teriakkannya, tapi dia masih belum menyerah. Dia tetap melanjutkan pencarian di setiap tubuh yang sudah tergeletak yang dia temui. Sejauh ini dia masih belum menemukan Angelina diantara mayat-mayat itu.


 Pencarian itu berlanjut hingga pandangan Putra terpaku ketika melihat sesuatu yang ada di depan matanya, ada sebuah darah seseorang yang sepertinya ditarik secara paksa ke menuju suatu tempat. Putra mengikuti jejak itu tak lupa dengan memperhatikan keadaan sekitar.

 Dia terus mengikuti jejak itu hingga menuju jejak itu sepertinya mengarah ke arah gudang yang pintunya sendiri sudah jebol entah dirusak siapa.

 Putra mencoba mencari tombol untuk menghidupkan lampu disitu tapi dia masih belum menemukannya, terpaksa dia menyalakan senter yang dia bawa dari tadi untuk jaga-jaga. Dia kembali mengikuti jejak darah itu hingga jejak itu mengarahkan sebuah tubuh perempuan.

 Putra yang melihat itu langsung ragu untuk menggerakkan kaki dan senternya, tubuh perempuan itu sangat mengenaskan kondisinya, seluruh isi perutnya sedang dimakan oleh beberapa hunter yang ada disampingnya dan mereka sudah berhenti ketika kami berhasil menjalankan misi.

 Setelah dia mengumpulkan keberaniannya, akhirnya dia menggerakkan kakinya meskipun sudah gemetaran. Setelah jarak antara mereka sudah dekat, Putra bisa melihat dengan jelas jika tubuh yang sedang dia lihat itu bukan Angelina. Dia langsung lega dan merasa khawatir secara bersamaan waktu itu.

 Di satu sisi dia lega karena yang dia lihat bukanlah Angelina, tapi disisi lainnya dia khawatir tentang keadaan Angelina sekarang.

Setelah itu Putra melanjutkan lagi pencariannya terhadap Angelina, semakin dalam dia menyisir ruangan di PLN ini, semakin banyak tubuh-tubuh yang mati mengenaskan dia lihat.

 Kini dia telah berada di ruang kendali, di ruangan ini dia tidak menemukan Angelina tetapi dia melihat Tus melubangi kepalanya sendiri dengan pistol yang dia pegang di tangannya di dekat sebuah microphone. Dia melihat ada sebuah luka bekas gigitan di leher Tus, dia pikir mungkin itulah penyebabnya.

 Dia mencoba mendekati mayat Tus untuk mencoba mengambil pistol yang Tus sedang pegang, meskipun Putra agak takut ketika mendekatinya meskipun dia tahu Tus tidak akan bisa bangkit lagi. Dan akhirnya dia bisa menyingkirkan pistolnya menggunakan kakinya baru dia ambil.

 Ketika Putra ingin pergi dia menyadari jika ada sebuah Handphone di sakunya Tus, karena penasaran, jadi dia memunggutnya dari saku Tus. Dia mencoba menyalakan apakah hpnya berfungsi atau tidak. Ternyata berfungsi dan ketika dibuka ada sebuah video Tus terakhir yang sepertinya baru direkam hari ini.


Jadi dia memutuskan untuk menekan tombol play di video itu.



"Aku tidak memiliki banyak waktu saat ini, aku sudah tergigit di leher."

"Garis depan tidak bisa bertahan lebih lama karena tempat ini sudah di sabotase duluan oleh sekelompok orang."

"Beberapa dari kami terkena virus karena ada beberapa orang yang menyuntikkannya secara paksa tanpa kami sadari."

"Setelah itu situasi di garis depan menjadi kacau karena yang disuntikkan itu menjadi makhluk yang lebih ganas dari Hunter dan aku melihat beberapa anggotaku ada yang diculik saat ini."


"Aku harus pergi" ucap Tus lalu menyelesaikan rekamannya.



#TBC

Hope : Survive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang