Angelina

5.4K 339 16
                                    

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)


"..." 


 Sebenarnya perjalanan untuk menemukan keluarga yang masih tersisa ikut membuat Angelina menjadi teringat akan sesuatu. Menatap sendu terhadap liontin berwarna perak yang jarang ia perlihatkan karena sering Angelina sembunyikan dibalik pakaian miliknya. Liontin yang terlihat sangat mempesona di mata itu merupakan satu-satunya peningggalan yang tersisa dari kedua orang tuanya. Sesuatu untuk diingat ataupun dikenang, meskipun ia adalah orang terakhir yang dapat bertahan hingga sejauh ini.


Flashback:


 Angelina mempercepat langkahnya ketika berjalan di antara lorong rumah sakit yang cukup panjang. Jam dinding menunjukkan pukul tujuh kurang satu menit dan ia sama sekali tidak terlihat terburu-buru seakan-akan tidak mementingkan jika akan terlambat menuju ke sekolah. Semenjak ayahnya jatuh sakit terkena kanker paru-paru dua tahun yang lalu dan dirinya telah lulus dari Sekolah Menengah Pertama, Angelina meminta untuk tidak masuk menuju Sekolah Menengah Atas seperti siswi pada umumnya meskipun ayahnya menghendaki yang sebaliknya, dalam arti lain home schooling.

 Ibunya telah meninggal beberapa hari setelah melahirkan Angelina dan ia bersikeras terhadap ayahnya agar Angelina dapat memiliki waktu lebih banyak untuk bersama, dengan begitu ia tidak akan menyesal di kemudian hari akibat tidak memiliki waktu untuk mengulang sebuah momen.


"Papa bosen sama makanan rumah sakit." ialah kalimat terakhir yang dilontarkan kepada Angelina. Ia tidak meninggalkan ayahnya begitu saja di dalam kamar rumah sakit, masih ada adik perempuan dari pihak ayahnya yang ikut menemani agar tidak benar-benar sendirian.


 Menekan tombol lift dan menunggu agar pintu pembatas terbuka, sepanjang perjalanan ia tidak melihat siapapun dan situasi benar-benar terasa sunyi. Ponsel miliknya telah kehabisan daya baterai dan masih diisi ulang di dalam kamar dan Angelina cukup malas untuk melihat televisi karena semuanya terasa membosankan menurutnya.


(Suara lift terbuka)


 Sesaat setelah pintu terbuka, ia langsung masuk menuju ke dalamnya dan kembali menekan sebuah tombol lain karena Angelina ingin membeli makanan yang tidak seperti makanan standard rumah sakit pada umumnya karena semakin dilihat, semakin membuat tidak berselera jika terus-terusan dipandangi.

 Ketika lift kembali terbuka, darah hitam pekat langsung mengalir menuju ke dalam bagian lift diikuti dengan pemandangan tubuh seseorang yang tergeletak tepat di bagian pintu dengan keadaan yang sangat mengerikan. Angelina tidak menjerit, namun ia tetap terkejut ketika disuguhkan situasi seperti kali ini.

 Pria yang berada di hadapannya telah berakhir dengan tubuh yang tidak utuh karena ada beberapa bagian yang hilang seakan-akan dicabik oleh binatang buas dan ketika Angelina melihat lebih jauh lagi, situasi yang berada di luar lift lebih kacau daripada yang ia duga pada awalnya.


"Sesuatu telah terjadi." Angelina ingin menutup pintu dengan menekan tombol lift, namun listrik menjadi padam seketika, membuat lift tersebut tidak dapat berfungsi karena lift memerlukan listrik agar dapat digunakan.


 Ia tidak mempunyai pilihan lain. Jika ingin segera kembali, Angelina harus tetap keluar dari lift, lalu kembali melewati anak tangga karena hanya itulah satu-satunya akses untuk naik menuju lantai atas. Memberanikan diri untuk melangkah maju dan tidak berkata apapun karena masih belum dapat memastikan situasi apa yang sedang terjadi, Angelina dengan cepat melewati tubuh pria itu karena firasat miliknya semakin memburuk pada setiap detiknya.

Hope : Survive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang