Malamnya Chanyeol menunggu Shella yang masih siap-siap, dia nunggu di ruang tengah udah lengkap dengan tuxedo hitam dan tatanan rambut yang maskulin.
Chanyeol gak mau menyenderkan tubuhnya di sofa karna itu akan menghancurkan kemulusan tuxedonya yang telah tersetrika dengan rapi, dia hanya mendudukan diri di ujung tangan sofa.
"Shel, udah jam tujuh," ucapnya dengan suara yang cukup nyaring sehingga Shella dapat mendengar dari kamarnya.
Shella berdecak, dia sudah mengenakan make up dan menata rambutnya, tinggal mengenakan gaunnya saja lagi. Tapi kejadian tadi siang kembali terulang, tangannya gak nyampe buat naikin zipper yang ada dipunggungnya.
Akhirnya dia keluar kamar lalu minta tolong sama Chanyeol lagi.
"Gimana? Udah oke aja gak gue?" tanya Shella setelahnya. Dia memutar setengah badannya sambil merapikan rambut yang udah dia catok gelombang.
Pandangan Chanyeol meneliti Shella dari atas hingga kebawah.
"Cantik."
"Emm..." bukan jawaban itu yang Shella kira akan keluar dari mulut Chanyeol. Dia sebenarnya hanya menanyakan apakah dirinya sudah terlihat rapi dan tidak ada yang kurang dari penampilannya.
Tapi Chanyeol malah memujinya.
Entah satu kata itu tertuju pada gaunnya, wajahnya, atau keduanya.
"Makasih.." jawab Shella masih merasa canggung. Dia menundukkan kepala, tidak pernah selama ini merasa benar-benar dipuji, selama ini Shella selalu mendapatkan setumpuk pujian akan kecantikkannya, dan dia tau semua itu hanya basa-basi belaka agar dapat menjalin hubungan yang lebih erat. Tetapi barusan Chanyeol mengucapkannya seolah-olah dia memang pantas untuk mendapatkan pujian itu.
"Yuk," Chanyeol memutar-mutar kunci mobil di jarinya lalu bangkit.
Mereka melangkahkan kaki menuju lobi apartemen. Shella mengenakan sepatu hak yang tingginya 12 cm untuk menyeimbangkan dengan gaun malam yang panjang, membuat suara langkah sepatu tinggi Shella itu beradu dengan sepatu Chanyeol diatas lantai, hingga dia merasa langkah Chanyeol yang berada didepan terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
Fiksi PenggemarChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...