empat puluh

9.8K 1.5K 304
                                        

"Kalo Mama disini, yang ngurusin Papa disana siapa?" Mamanya Shella hingga saat ini masih bertahan di apartemen. Bukannya bermaksud mengusir, namun selama 2 minggu Mama disini cukup membuat Shella resah karna berarti dia harus sekamar dengan Chanyeol terus-terusan.

"Kan ada Bi Tina?" ucap Mamanya dengan ringan sambil memotong-motong bawang perai. Shella ikut membantu menyiapkan piring di meja makan.

"Tapi kan ada nenek yang harus diurus juga Ma, kasian Bi Tina. Kasian Papa juga. Mama gak mau balik ke rumah aja?"

Mama menghentikan gerakan pisau ditangannya dan menatap Shella lekat. "Ada yang lebih penting dari itu semua. Mama tau apa yang Mama lakukan, Nak."

Shella masih mencerna kata-kata Mamanya, lebih penting? Apakah tinggal disini itu lebih penting bagi Mama?

"Allah menciptakan hubungan batin antara orangtua dan anak. Meskipun kamu gak cerita ke Mama, Mama tau perasaan kamu, Nak. Mama tau itu." Shella tertegun. "Dan anak Mama, adalah sesuatu yang paling berharga lebih dari apapun di dunia ini."

"Selesaikan masalahmu ya, Nak?" Mamanya tersenyum. Bukan senyum yang memancarkan kebahagiaan, melainkan memohon.

"Ma.."

"Agar Mama bisa tenang juga. Mama bakal pulang jika urusanmu sudah selesai." Mamanya itu kembali melanjutkan mengiris bawang, kali ini bawang merah.

"Mama tau kamu bukan orang yang gamblang untuk mengungkapkan isi hati kamu. Mama tau itu sejak kamu lahir ke dunia ini. Kamu orang yang selalu blak-blakan di luar, tapi gak pernah membiarkan orang untuk tau isi hatimu yang terdalam. Bahkan kamu berantem sama temen aja gak pernah pake marah-marahan, sindir-sindiran, jambak-jambakan. Kamu lebih memilih diam." Melihat ekspresi Shella, Mamanya tersenyum. "Lihat? Kamu kaget kan Mama bisa menyimpulkan begini tentangmu?"

Shella menganggukan kepalanya setuju. Hampir semua orang bilang bahwa Shella adalah orang yang jutek, tukang marah, dan tidak berperasaan. Hanya orangtuanya lah yang mengetahui sisi lain dari Shella ini. Bahwa dirinya yang asli adalah rapuh, hancur ketika disentuh.

"Kamu itu anak Mama, Nak."

"Mama tau apa yang kamu sama Chanyeol sembunyikan, dan Mama tau apa yang kamu sembunyikan dalam hatimu sendiri."

Apa yang Shella dan Chanyeol sembunyikan? Apakah mungkin Mama sudah tau bahwa mereka tidak pernah sekamar sebelumnya? Pertanyaan itu seakan terlontarkan dari tatapan mata Shella sehingga Mama bersuara.

"Terlihat jelas bagaimana kalang kabutnya kalian waktu itu, baju-baju yang digantung di belakang pintu, kamar mandi tamu yang penuh dengan peralatan mandi kamu."

Shella merasa pundaknya langsung terjatuh lemas. "Maaf, Ma..." Dia gak mikir sejauh itu waktu itu, dan dia juga melupakan bahwa Mamanya adalah pengamat yang sangat jeli yang jika saja dulu mendaftarkan diri ke sekolah detektif, mungkin Mamanya menjadi detektif nomor wahid sekarang.

"Kamu gak perlu lagi bohong sama Mama. Mama sudah tau semuanya." Shella mengangguk lemas tanpa melihat mata Mamanya. Mama juga pasti tau Shella emang gak hamil.

"Dan sekarang, jangan bohong sama Chanyeol ya, Nak?" pertanyaan atau yang lebih pantas disebut pernyataan itu membuat Shella mendongak menatap Mamanya.

"Dia gak bakal tau kalo kamu gak ngomong. Dia bukan Mama, Nak. Dia gak tau kalau kamu berbohong."

Shella lagi-lagi menatap mata Mamanya dengan lekat. Meskipun Mama tidak mengucapkan dengan jelas, Shella tau maksud Mamanya.

Perasaan Shella.

Perasaan Shella yang sejujurnya terhadap Chanyeol.

Jika ada orang yang dapat mengerti Shella melebihi dirinya sendiri, maka orang itu adalah Mama.

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang