rewind: ten

5.4K 642 360
                                        

hai semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai semuanya... maaf baru update. aku berusaha super keras untuk bisa menulis ini meskipun cuma beberapa paragraf setiap harinya. aku pengen ngucapin terima kasih buat kalian yang udah ngemessage, nulis di wall, dan komen nunggu kelanjutan cerita ini. aku appreciate banget dan itu yang tetep bikin aku bertekad melanjutkan cerita ini sampai habis. thank you so much aku gak tau lagi harus ngomong gimana 😢❤️



Cincin mungkin merupakan hal yang krusial bagi banyak orang, termasuk Faris. Shella mengetahui bahwa cincin pemberian Faris pada dinner mereka saat itu bukan barang yang murah, tapi dia terpaksa untuk melepas benda itu dari kalungnya karna amarah Papa.

"Sebenarnya aku daritadi pengen bilang ini sama kakak," Shella agak menjauhkan badannya dari Faris sehingga Faris kembali tegak ditempat duduknya.

"Kemarin aku cerita ke Papa kalau kakak ngelamar aku, dan Papa gak suka kita tunangan, Kak." Tak berani melihat ekspresi Faris, Shella melayangkan pandangan ke jari-jarinya.

"Are you freakin' serious?! Aku selama ini ada salah apa sampe Papa kamu gak setuju? Tadi adik kamu, sekarang Papa kamu???"

Nampaknya Faris mulai emosi, Shella meredakannya dengan melambaikan tangan. "No, no. Bukan begitu maksudnya, Kak. Papa didn't like the idea of kita 'tunangan'." Dua jarinya menekuk seperti kutipan pada kata tunangan.

"Papa bukan gak setuju kita bareng. Papa mau kita langsung nikah, bukan tunangan. Makanya aku disuruh lepas cincinnya, aku terpaksa lepasinnya kak. Cincinnya ada di kamar aku kok, gak aku buang kemana-mana."

Faris mengibaskan rambutnya dengan frustasi, "Oh crap. Aku pikir Papamu ngerti cara how people works jaman sekarang. Ternyata Papamu kudet juga ya sampe gak mau ada tunangan?" Menyadari perubahan raut di wajah Shella, Faris lalu sadar terdapat kesalahan dalam kata-katanya barusan. "Maksud aku-"

"Ini bukan tradisi jaman dulu atau kudet atau apapun itu." Shella memberi penekanan disetiap kata-katanya. Once again Faris menghina Papanya, Shella tidak akan bisa mentolerirnya lagi. "Ini aturan agama, Kak. Gak ada kata tunangan di agama kita. Itu yang ditanamkan Papa di kepala aku."

"Persetan dengan agama. Ini gak ada hubungannya dengan agama."

Mata Shella terbelalak, tidak menyangka kata seperti itu akan keluar dari mulut seorang Faris. Pernikahan gak ada hubungan dengan agama katanya? Shella rasa, semua orang yang beragama pasti akan kontradiktif dengan pernyataan tersebut. Apapun yang ada didunia ini, ilmu apapun yang kita pelajari, kegiatan apapun yang kita lakukan, apalagi sebuah pernikahan, tidak lepas dari yang namanya agama. Yang ada dipikiran Shella, jika ada orang beragama yang bilang ini itu tidak ada hubungannya dengan agama, sebenarnya seberapa tidak beragamanya kah dia sampai berucap demikian?

"If you are trying to be my husband, you should know you shouldn't said that."

Shella membuka pintu mobil dan membantingnya.

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang