Shella baru saja menyelesaikan kegiatan rutinnya sebelum tidur, yaitu sikat gigi dan mencuci muka. Dia sudah membaringkan tubuhnya diatas ranjang, sangat siap untuk tidur, namun pikirannya tidak. Pikirannya masih berkelana, ucapan Chanyeol di rumah sakit tadi kembali terngiang dalam benak Shella.
Gue udah gak masalah sih, selama itu sama lo.
Bisa-bisanya Chanyeol berkata seperti itu?
Dia pikir kalo punya anak bakal segampang yang dia pikir? Dia sih enak, gak menanggung apa-apa, Shella yang nanti bakal kerepotan kalo punya anak. Yang mengandung, yang mengurus anak, itu cewe, kalo cowo apa sih bebannya pas punya anak? Paling juga urusan duit, itu pun sama sekali bukan masalah bagi Chanyeol. Makanya Chanyeol bisa ngomong begitu seenaknya.
Shella memang sudah lelah ditanyain anak mulu sama keluarganya, tapi dia tetep kekeuh sama pendapatnya, bahwa dia tidak ingin memiliki anak bersama Chanyeol. Cukup dengan menikah muda saja yang menjadi beban hidup Shella, jangan ditambah dengan urusan anak lagi.
Suara ketukan pintu kamar mengalihkan perhatian Shella dari perseteruan dengan benaknya sendiri.
"Shel?" kepala Chanyeol muncul dari balik pintu. Dapat dilihat bahwa Chanyeol dalam balutan pakaiannya yang santai, kaos hitam dan celana pendek.
Shella langsung duduk setelah sebelumnya berbaring, "Kenapa?"
"Lo tau kopi yang kemarin ditaruh dimana, gak? Yang di toples udah habis."
"Ada di lemari atas dapur bukan?" karna emang biasanya stok kopi, teh, gula, dsb disitu.
"Oh iya, gue lupa." Chanyeol seolah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Saat dia mencoba menutup pintu, pintunya dia buka lagi, "Shel," panggilnya.
"Ya?"
"Met tidur,"
*****
Sejak mereka tiba di kantor, Chanyeol tidak berada di ruangannya. Kalau tidak salah Shella tadi mendengar dari pembicaraannya di telepon bahwa Chanyeol akan menghadiri beberapa meeting hari ini, hal itu membuat Shella bekerja tanpa ditemani oleh siapapun.
Shella semakin mempercepat gerakan jemarinya diatas keyboard, pekerjaannya ini harus selesai sebelum jam satu karna jam dua dia ada kuliah, sudah dikatakan bukan bahwa Shella sekarang itu semester 6? Kehidupannya di kampus bukan hanya sekedar datang kuliah lalu ujian, dia sudah disibukkan dengan pemilihan judul skripsi dipenghujung kuliahnya, serta persiapan KKN yang akan ada dalam hitungan minggu.
Pintu terbuka dan menampilkan Chanyeol dengan jas hitam dan kemeja putihnya memasuki ruangan, Shella mengamati Chanyeol yang langsung duduk di kursi kerjanya yang empuk itu lalu menghela napas panjang.
"Karyawan kita ada yang berulah lagi," ucapnya sambil menutup mata. Tidak jelas dia mengucapkan itu ditujukan untuk siapa, yang pasti Shella mendengarnya. "Produk buatan tim kita udah bocor, perusahaan seblah barusan launching barang yang sama."
Shella melongo sesaat. Jadi... yang dia lakukan sudah lebih dari tiga minggu saat ini adalah sia-sia...?
Shella benar-benar tidak menyangka bahwa ada karyawan yang seenak udelnya membocorkan rahasia perusahaan demi mendapatkan keuntungan. Padahal perencanaan produk kali ini sudah sangat matang, dan direncanakan secara rahasia dan oleh orang-orang terpercaya, tapi masih saja ada yang bermain dibelakang.
Dia menjauhkan diri dari layar komputer dihadapannya, jadi pekerjaan ini... harus dia lanjutkan apa tidak? Mau bertanya hal itu kepada Chanyeol, dia urungkan niat tersebut. Shella mungkin merasa kecewa, tapi jika ada yang paling merasa kecewa, Chanyeol lah orangnya. Dia telah bekerja keras memimpin terciptanya produk yang tidak biasa ini, pastilah beban yang dia tanggung sangat berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanfictionChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...