"Selamat pendadaran, Shella!"
Teman-temannya satu persatu melakukan cipika-cipiki, sebagian dari mereka membawakan bunga hingga tangan Shella tidak cukup memegangnya.
"Makasih ya, Ra! Cepet nyusul!"
"Aduh, makasih banyak ya udah dateng! Sampe repot-repot dibawain bunga."
Keysha dan Gina yang pada hari itu lebih pantas disebut sebagai panitia pelaksana, yang berkewajiban menghandle bagian perlengkapan dan konsumsi, juga mengalungkan selempang ala miss indonesia yang bertuliskan "Shella Dignita, SE."
"Selamat, Shel. Cepet juga ya lo nyusunnya." Daniel datang memberikan bucket snack, sebuah hadiah yang khas diberikan cowok-cowok. Kalau memberikan bunga kan udah lain lagi artinya.
"Thanks, Dan! Iya lah, emangnya lo!" Shella tertawa dengan lepas. Seakan-akan tidak pernah dibantai penguji beberapa menit sebelumnya.
Beruntung Shella mempunyai pembimbing yang selalu melindunginya, berkat kerajinan Shella yang selalu cepat konsul setelah revisi, kedua pembimbingnya itu melihat Shella sebagai seorang mahasiswi yang rajin dan cepat tanggap. Sehingga meskipun kedua pengujinya tadi melayangkan pertanyaan sulit, dosen pembimbing menangkap gelagat Shella yang gugup dan dengan sukarela membantu menjawab.
Tau apa yang menjadi permasalahan dalam skripsinya?
Tabel yang ada dalam hasil penelitian Shella rupanya salah, variabel yang harusnya berada di samping, malah tertukar dengan yang diatas.
Shella hanya bisa gelagapan, bingung juga menanggapinya seperti apa. Ini murni kesalahannya karna tidak teliti, dan tidak bisa menggunakan software statistika dengan baik.
"Maaf, Pak."
Maaf karena biasanya ada seseorang yang membantu saya mengecek skripsi, membantu saya mengeditnya hingga tengah malam.
"Saya akan memperbaikinya, terima kasih atas koreksinya."
Kalau boleh dibilang, Shella mengerjakan skripsinya terlalu terburu-buru. Jarak antara sidang proposal dan sidang hasilnya hari ini bahkan hanyalah dua bulan.
Beberapa hari setelah Shella disuruh berdiam diri di rumah Papa, Mama mengutus Trian ke apartemen Chanyeol untuk mengambil segala perlengkapan skripsi Shella. Mulai dari laptop, buku, hingga hardisk dan kertas-kertas hasil penelitian. Mobil Shella pun Trian bawa agar Shella bisa kemana-mana. Mama ingin Shella berbuat sesuatu dibanding bengong dan memikirkan perceraian yang diajukan Chanyeol.
Dan Shella perlu bersyukur karena dengan begitu, Shella bisa mengesampingkan perasaannya yang nyaris membuat depresi dengan sebuah skripsi yang harus dituntaskan.
"Eh, jangan pergi dulu dong. Kita foto-foto!" Seru Shella pada temannya yang akan meninggalkan ruangan.
Saat fotografer dadakan itu akan memencet tombol kamera, Gina berteriak, "Bentar! Bentar! Kelupaan!!"
Sekumpulan 15 orang yang sudah siap berfoto itu pun melihat Gina yang merogoh sesuatu dalam keresek, lalu kembali dengan mengalungkan selempang bertuliskan 'Bride To Be' pada Shella.
"Lah lo gimana sih, kok Bride To Be? Kan Shella udah punya suami?" Sahut Rara.
"Ya kan siapa tau nikah lagi????" ujar Gina.
Shella menatap Gina dengan mengernyit. Lalu melihat Keysha, yang kemudian mengedipkan satu matanya pada Shella.
"Sinting lo," ledek Daniel. "Udah cepetan, keram nih muka gue senyum daritadi tapi ga difoto-foto."
Momen berharga bagi Shella itu pun tersimpan dalam sebuah foto. Dia berada ditengah, membawa bunga yang hampir menutupi seluruh tubuhnya, dengan dikelilingi oleh teman-teman terdekatnya selama ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/108571618-288-k250803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanficChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...