Chanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup.
Sehingga pada suat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada kala dimana sepulang kantor Shella tidak langsung naik ke kamarnya. Jika ditarik satu garis lurus, ketika Shella masuk ke ruang tengah maka dia akan berhadapan langsung dengan pintu dari sebuah kamar. Kamar yang dulunya kamar tamu, lalu dialih fungsikan menjadi kamar pribadi, dan ditinggalkan selamanya oleh pemiliknya.
Seperti saat ini, selepas melepas sepatu haknya yang menyiksa seharian, Shella melangkahkan kaki polosnya itu ke dalam kamar yang sama. Menghirup aroma citrus yang menyebar diseluruh ruangan, kemudian duduk disalah satu sofa kecilnya.
Setiap berada disini, Shella merasa seperti melihat neneknya sedang terbaring diatas tempat tidur. Ranjang berukuran queen itu dulunya tidak pernah kosong, nenek jarang sekali bangkit dari tempat tidur kecuali jika harus ke kamar mandi. Disebelahnya juga pasti ada sebuah tiang terbuat dari stainless steel yang berdiri kokoh yang dipersiapkan sewaktu-waktu nenek di infus lagi di rumah. Perlengkapan medis nenek begitu lengkap, sampai Papa juga menyediakan tabung oksigen besar mengingat penyakit nenek yang sudah merembet ke paru dan memberikan gejala sesak tak mengenal waktu.
Shella jadi ingat masa-masa ketika nenek masih hidup. Meskipun sudah berumur, waktu Shella kecil nenek masih kuat. Yang Shella ingat, nenek selalu mengabulkan permintaan dia dan adiknya yang tidak diperbolehkan oleh Mama Papa. Dari kecil Shella dan Trian dilarang makan chiki, makan indomie, dan makan jajanan asongan yang lewat didepan rumah, tapi kalo di rumah nenek, nenek memperbolehkan mereka menyicipi makanan tersebut.
"Boleh, tapi habis ini langsung minum air hangat ya.."
Shella tersenyum mengingatnya, apalagi ketika dia dan Trian jadi batuk karna itu dan beralasan kepada Mama bahwa mereka terjangkit dari teman di sekolah.
Jujur, waktu Shella dijodohkan dulu dia sempat kesal sama nenek. Permintaan nenek yang pengen melihat cicit sebelum dia mengakhiri hidup terdengar begitu konyol. Enggak cukup apa melihat dua generasi di bawahnya? Harus banget melihat generasi ketiga?
Tapi setelah nenek meninggal, dia menjadi orang yang paling menyesal dihari itu karna tidak mengabulkan permintaan terakhir neneknya. Padahal permintaan itu begitu sederhana, bukankah adalah hal yang lumrah bahwa Shella memang harus menikah dan memiliki anak? Nenek hanya ingin hal itu dipercepat sebelum ajalnya datang.
Maafin Shella, nek...
Maafin Shella...
Shella mengirim doa Al-Fatihah dan Al-Ikhlas 3x untuk nenek. Mama pernah bilang jika kematian datang, maka segala amalannya terputus kecuali tiga hal. Amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak kepada orangtua atau sebaliknya. Setiap Shella mengingat neneknya itu, dia selalu berdoa agar Nenek mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT dan dilapangkan kuburnya.
Nek... Ada lagi yang mau Shella bilang... Shella berkata dalam hatinya, seolah-olah nenek mendengarkannya saat ini. Shella sudah menerima lamaran Kak Faris, nenek pasti liat dari atas sana kan? Dia selama ini yang menjaga Shella nek, dia yang sabar ngadapin Shella selama ini. Nenek belum pernah ketemu Kak Faris ya...? Kalo nenek udah ketemu, nenek pasti suka. Dia orangnya baik, nek...