Shella mengarahkan mobil ke gedung kantor Chanyeol, sebelum beranjak dari parkiran kampus tadi Shella kembali menelpon Chanyeol untuk menanyakan letak kantornya. Iya, Shella bahkan gak pernah tau kantor Chanyeol itu persisnya dimana.
HP dia letakkan di tempat penyangga sewaktu-waktu ada notifikasi, Shella dapat meliriknya tanpa perlu memegang ponselnya itu dalam genggaman. Dia menghela napas, sedaritadi mobilnya tidak kunjung bergerak, kemacetan kembali melanda. Tentu saja, jam makan siang begini orang-orang pasti rela berjalan kemanapun untuk mengisi perut.
Bagi Shella saat ini, urusan lapar sudah tertangani, yang menjadi masalah adalah teriknya matahari yang membuat dia gerah dan merasa haus. Padahal kalo boleh dibilang, Shella berada di dalam mobil yang memiliki mesin pendingin, dan dia barusan minum es jeruk di kantin kampus, namun tangannya tidak bisa tidak memanggil penjual asongan yang kini telah berteger di samping pintu mobilnya.
"Aquanya satu ya, mas."
Selembar uang berwarna kecoklatan pun teralihkan kepada penjual asongan. Shella meneguk Aqua dalam satu tegukan hingga tersisa setengah botol. Sehaus itu Shella.
Sebenarnya bisa saja dia tidak beli, didalam pintu mobilnya masih ada botol Aqua bekas dia sehari yang lalu. Tapi Shella tau, jika dia meminum itu akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Kemasan minum dalam plastik jika dibiarkan didalam mobil dalam waktu yang lama, menjadi beradu dengan suhu panas mobil, apalagi terhitung parkiran Shella dikampus langsung kontak dengan alam terbuka, membuat bahan kimia yang berada dalam botol plastik itu tercampur dengan air.
Sehingga sepantasnya minuman itu tidak dapat dikonsumsi lagi. Setidaknya jika Shella peduli dengan kesehatannya. Karna dia harus.
Silsilah keluarganya membuat Shella harus lebih teliti lagi dalam mengonsumsi makanan atau minuman. Nenek yang sekarang terbaring di rumah sakit karna penyakit paru, bukan murni karna penyakit paru itu sendiri, melainkan salah satu bentuk penyebaran dari penyakit kanker payudara yang dideritanya.
Mama selalu mewanti-wanti Shella dalam hal ini, dia dan Mama sama-sama mempunyai garis gen keturunan kanker. Karna kata dokter, jika sudah ada keluarga dekat yang menderita kanker, adalah sebuah kemungkinan atau bahkan kepastian bahwa didalam ditubuh keluarga terdekat lainnya juga sudah hadir gen kanker.
Hanya kini permasalahannya, apakah gen kanker tersebut itu akan aktif atau tidak.
Bisa saja didalam tubuh Shella sekarang sudah gen kanker, namun belum aktif -jangan sampai-. Oleh karna itu Mama kerap memberitahu Shella untuk menghindari pencetus keaktifannya, atau istilahnya disebut Karsinogenik.
Yup. Karsinogenik itu bahan pencetus keaktifan kanker.
Soda, mi instan, susu kental, kaleng-kalengan, ayam potong, kacang-kacangan, bakar-bakaran seperti sate. Itu semua karsinogenik. Mama selalu cerewet kalau Shella kedapatan memakan salah satu makanan diatas, kata Mama boleh sekali-kali saja, namun jangan keseringan.
Sayangnya bukan cuman makanan dan minuman, polusi udara pun termasuk karsinogenik. Penting bagi Shella menutup hidung sewaktu berjalan kaki melewati banyaknya asap kendaraan bermotor.
Dan Aqua yang berada dalam pintu mobil Shella semenjak sehari yang lalu itu... juga telah termasuk karsinogenik.
Sepertinya dia harus mencari alternatif, botol minum yang bisa diisi ulang seperti tupperware mungkin mulai sekarang sebaiknya disediakan di mobilnya...
Namun sebentar... Shella kini sudah berada di kantornya Chanyeol. Dia mendial nomor cowo itu hingga ada seorang perempuan yang menjemputnya di lobi.
"Mari ikut saya, Bu," ucap perempuan itu dengan sopan. Di name cardnya tertulis nama Priska, mungkin dia adalah sekertaris Chanyeol. Sebenarnya sangat ingin Shella menolak untuk dipanggil Ibu, umurnya dan Priska ini paling tidak terlampau jauh, atau bahkan Priska yang lebih tua. Namun posisi tetaplah posisi, dan dengan membiarkan sekertaris Chanyeol memanggil dia dengan sebutan nama langsung bisa saja akan membuat dia bertingkah seenaknya terhadap Shella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanficChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...