empat puluh tiga

7.8K 1.4K 549
                                        

"Assalamualaikum," Shella melepas sepatu dan masuk ke dalam apartemen dengan sambutan Mama.

"Waalaikumsalam, habis dari mana, Nak? Kok ga bilang-bilang perginya?"

"Tadi Mama masih mandi pas aku mau pamit, udah keburu jadinya langsung pergi. Ke mall ada reuni temen SMP, Ma."

"Oh.. Iya." Mama yang sedang duduk disofa sambil memegang sebuah buku memperbaiki kacamata bacanya. Shella ikut rebahan disamping setelah melepas tas. "Itu Papa nelpon ngotot mau jemput Mama sore ini."

"Papa udah kangen ya?" Shella terkekeh, terhitung sudah berminggu-minggu Mamanya menetap di apartemen Shella. "Udah, Ma. Gapapa pulang aja, kasian nenek juga."

"Telpon Chanyeol dulu, Mama gak mau kamu sendirian disini nanti malam. Bilangin Chanyeol jangan tinggalin kamu sendiri kayak Sabtu kemarin, kalau mau jalan ya bawa kamu juga." Mama berujar dengan intonasi yang terdengar agak tidak nyaman.

Shella gak pernah cerita tentang Vania ke Mama, tapi mungkin Mama punya feeling setelah melihat perubahan jam pergi Chanyeol belakangan ini.

"Gapapa, Ma. Udah biasa kok. Waktu masih pisah kamar juga hidup sendiri-sendiri, ada atau enggak dianya sama aja."

Mama menggeleng. "Mama gak mau pulang kalo begitu."

"Ya deh ini aku telpon Chanyeolnya."

"Gak aktif," ucapnya beberapa saat kemudian. Akhirnya Shella mengechat Chanyeol.

Shella Dignita: yeol

Shella Dignita: mama mau pulang sore ini. Tp katanya ga mau pulang kl km ga ada di apart

Bertepatan jam 5 sore, bel berbunyi. Papa masuk masih dengan pakaian batik rapi karna habis dari undangan beserta dua keresek putih.

"Apa nih, Pa?" Bingung karna Papa menyodorkannya kepada Shella.

"Bakso kesukaan kamu. Papa beli tujuh bungkus."

"Ya allah, Pa. Banyak banget??? Makasih Papaaa, tau aja tadi dalam hati Shella pengen bakso. Eh tiba-tiba Papa bawa," Shella menggandeng lengan Papanya manja. Papa adalah satu-satunya laki-laki yang mengerti Shella di dunia ini. Yang kalo Shella minta sesuatu, selalu diberinya lebih daripada yang dia inginkan. Laki-laki yang selalu menginginkan yang terbaik untuknya. Dan satu-satunya laki-laki yang tidak akan pernah menyakitinya.

Pa, Shella kangen.

Shella pulang ke rumah aja boleh? Shella pengen balik kayak dulu lagi, kayak masa-masa sebelum nikah sama Chanyeol.

Suara hati Shella rasanya ingin berteriak. Kehadiran Papa disini membuat Shella merindukan masa-masa ketika Papa adalah tempat dia bergantung. Sekarang dia kini mengerti kenapa kebanyakan orang itu menangis ketika menikah. Kalo dirinya dulu menangis karna terpaksa dijodohin sama orang yang dia tidak mau, orang-orang menangis karna.. Detik itulah tanggung jawab orangtua terlepas dari anaknya. Sandaran sang perempuan adalah suami, bukan lagi sang ayah. Dan itulah yang dia rasakan sekarang.

"Pa, pinjam pundaknya ya hehehe." Shella berjalan ke meja makan sambil nempel disamping Papanya. Papa jauh lebih tinggi daripada Shella jadi kepalanya cuma sampai ujung pundak Papa.

Seengaknya kalo hidup aku gak bisa bersandar lagi dengan Papa, kepala aku yang nyandar barang sedetik, Pa.

Shella membantu Mama membuka bungkus bakso dan memanaskannya di panci. Sebelum Shella melahap kuah bakso kesukaannya itu, Mama nyeletuk. "Chanyeol udah bales?"

"Oh iya." Buru-buru Shella berdiri dari duduknya dan mengambil Hp yang tergeletak di depan TV.

Chanyeol: iya nnti plg

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang