Dulu Shella sering menghitung waktu secara mundur, saat menginjak satu bulan pernikahan mereka, artinya 23 bulan lagi... Kemudian 22 bulan... 21 bulan... hingga sampai pada suatu saat Shella berhenti menghitung. Anehnya, saat dia berhenti menghitung waktu berjalan terasa lebih cepat. Hingga tak sadar, untuk genap dua tahun hanya perlu waktu 10 bulan lagi.
Disaat Chanyeol menanyakannya, Shella merasa jari tangannya tegang seketika. Sepuluh jarinya ini adalah lambang waktu mereka saat ini, jika berkurang satu, maka Shella dianggap cacat. Jika jarinya sudah nol, Shella tidak akan bisa melakukan apapun dengan sempurna.
Sama dengan kehilangan Chanyeol dalam waktu 10 bulan lagi, Shella tidak akan merasa lengkap. Akan ada sesuatu yang hilang dari dirinya, yang sudah melekat selama satu tahun lebih ini, namun hilang begitu saja secara perlahan.
Shella membolak-balikan telapak tangannya. Bisakah Shella berharap jarinya tetap lengkap seperti sekarang?
Sepuluh, tidak berkurang. Selamanya demikian.
Selimut putih yang dibentangkan hingga leher menjadi pelindung Shella saat ini, jam delapan terlalu dini untuk tidur, tapi dia membutuhkan itu lebih dari apapun. Hanya orang yang berada dalam masalah saja yang sadar bahwa tidur bukan hanya untuk istirahat dan mengumpulkan energi, melainkan juga obat untuk melupakan masalah. Karna di saat tidur sajalah manusia melupakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Sayangnya, saat Shella mencoba terlelap tiba-tiba berbagai kilasan memori muncul dalam kepalanya secara cepat. Seperti ada kamera yang merekam kegiatannya selama ini, mulai dari memori masa kecilnya hingga kebersamaannya bersama Chanyeol dalam kurun waktu satu tahun belakangan.
Katanya, kilasan apa yang kita lakukan di dunia akan ditayangkan sebelum ruh keluar dari jasad. Beginikah cuplikan saat nyawa akan ditarik?
Apakah Shella akan mati?
Apakah malaikat maut kini sedang menjemputnya?
Engga, jangan...
Aku belum siap mati...
Ya Allah...
Aku mohon kembalikan aku ke dunia lagi, aku masih banyak dosa, dan banyak hal belum diselesaikan. Aku janji akan banyak berbuat baik setelah ini...
Seakan mendengar suara Shella, cahaya yang dipancarkan dari kilasan memori tersebut kemudian berganti dengan pemandangan ruang kamarnya. Dia melihat handphone dan bukunya yang berada diatas nakas, meja kerja Chanyeol, dan tas Chanyeol yang berada diatas kursi..
Tapi badannya tidak bisa bergerak.
Shella berteriak. Namun suaranya tidak keluar.
Shella berteriak minta tolong sekeras mungkin, dia memanggil nama Chanyeol. Apa ruhnya sudah terlepas dari jasad? Apakah Shella sudah melayang saat ini?
Kepala dia gerakan ke kanan dan kiri, namun tidak bisa bergerak. Tangan dan kakinya pun terasa terkunci. Shella telah lepas kendali atas badannya. Dia menangis.
Bagaimana ini..?
Shella tidak mau mati sekarang. Dia takut masuk neraka.
Atas keinginan yang kuat itu, Shella lalu menggerak-gerakan kepalanya ke kanan dan kiri lebih cepat. Dia harus kembali. Shella harus hidup lagi.
Kemudian, Shella terbangun.
Dia langsung duduk dengan rasa takut bercampur penuh syukur diberikan kesempatan hidup lagi. Rupanya dia tadi ketindisan, hal itu berlangsung tak lebih dari 30 detik, tapi bagi Shella lama sekali. Napasnya terengah-engah, air mata mengalir dari sudut mata, dia benar-benar menangis tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanfictionChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...