Chanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup.
Sehingga pada suat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Udah ketemuannya?" Sapa Faris langsung saat Shella memasuki mobil. Kedua tangannya meraih safety belt dan kepalanya mengangguk.
"Dia itu temen kamu pas SMA? Atau kuliah? Shel, kok muka kamu pucet?"
Faris yang akan meraih persneling seketika menundanya. "Enggak kak. Bisa jalan aja gak? Aku capek."
Setelah mengangguk, Faris pun mengikuti perintah Shella. Menjalankan mobilnya meninggalkan cafe tersebut. Sekali lagi ketika Faris menanyakan perihal pertemuan dengan temannya tadi, Shella hanya menyenderkan kepalanya lebih dalam lagi ke jok mobil sambil berkata, "Kepo."
Karna dia terlalu bingung untuk merangkai kata.
Dan terlalu capek untuk menjelaskan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasanya sudah cukup syok Shella di cafe pada hari itu, tidak ditambah dengan kejadian baru di kantor lagi yang menambah ruwet pikirannya. Mungkin kalo dibedah kumpulan sarafnya sudah setara dengan benang layangan kusut saking sulitnya untuk diuraikan.
"Bu, maaf tapi apakah ibu sudah makan? Keliatannya ibu letih sekali," ujar Priska dengan khawatir.
Shella buru-buru menggeleng ke sekertarisnya tersebut, "Saya engga letih, saya udah sarapan, Pris." Sambil lanjut mengecek dokumen yang akan dibawakannya untuk meeting setelah ini.
Penolakan untuk Mama sudah dilontarkan pagi ini, kali ini giliran Priska yang mulai dia tolak untuk merasa khawatir akan keadaannya. Sejujurnya, Shella dua hari ini kurang tidur. Otaknya seakan bekerja lebih berat ketika akan terlelap, itu membuatnya terjaga sepanjang malam. Hari ini bahkan Shella baru bisa tertidur jam 4 pagi.
Shella mengakui bahwa dirinya gampang sekali disadari orang-orang ketika sedang capek atau letih, raut mukanya seakan-akan mempapangkan tulisan itu. Bibir yang pucat sudah dia samarkan dengan lipstick peach yang kini rutin dipakainya untuk menjaga profesionalitas. Tapi ternyata, kantung matanya tidak bisa berbohong.
"Bu, saya cek tensinya ya, Bu."
Priska datang dengan sebuah alat berbentuk persegi panjang dari P3K. Tensi otomatis itu kemudian bekerja dengan sendirinya untuk menghitung tekanan darah serta denyut nadi Shella.